Diary - Catatan seseorang yang bisa melihat Mereka (Catatan Nyata) - Part XV - 8 Maret 2011 - Cerita Seram Kaskus

Diary - Catatan seseorang yang bisa melihat Mereka (Catatan Nyata) - Part XV - 8 Maret 2011

8 Maret 2011

Seperti janjiku kemarin aku akan lanjutkan. Hehe.. baru kali ini aku menulis Diary pagi-pagi..

Kita lanjutkan…

Ketika menyadari Cindy menghilang, aku merasakan sedikit ketakutan. Aku tidak mau lebih lama lagi di kamar ini, bagaimana kalau nenek itu kembali.

Aku berpikir mungkin saja Cindy sedang pergi mengambil minum atau apa. Tapi aku tidak menemukan dia padahal dispenser terletak tepat di depan kamarku.

Awalnya aku sedikit kesal padanya, kenapa sih dia meninggalkan aku begitu saja, setidaknya bangunkan aku kek.

Tapi kemudian aku menyadari hal yang aneh.

Ini terlalu sepi, dan hanya lampu redup yang menyala sedangkan semua lampu utama mati.

Aneh…

Tidak mungkin semua teman-temanku yang berisik itu tidur. Jelas-jelas mereka berkata ingin begadang sampai pagi.

Lebih anehnya lagi, bahkan tidak terdengar suara apapun.

Aku berjalan ke kamar sebelah kamarku, mungkin mereka melanjutkan acara begadang di dalam kamar dan bisa jadi Cindy juga ada di dalam karena tidak bisa tidur.

Terkunci…

Aneh… tidak mungkin mereka semua ada di kamar anak-anak cowok.

BETT…

Aku dengan cepat menoleh ke belakang karena sepertinya sesuatu baru saja lewat dibelakangku..

Tidak ada apa-apa, mungkin kesunyian membuatku jadi parno…

Setelah berpikir beberapa saat, aku memutuskan untuk menaiki tangga ke lantai 3, ke kamar para cowok.

Aku memeriksa kedua kamar milik para cowok. Sama, terkunci…

Tidak mungkin kan mereka semua pergi meninggalkanku sendiri?

Sendirian dan frustasi aku berjalan mondar-mandir di depan kamar sampai akhirnya aku memutuskan untuk turun dan kembali ke kamarku.

BLUK..

Terdengar suara pelan, tapi aku sangat yakin itu datang dari gang sempit yang mengarah ke teras lantai 3.

Aku kembali berlari ke atas, dan segera menghampiri gang sempit itu.

Disana, di gang sempit itu duduk dengan mata tertutup semua teman-temanku yang setelah kuhitung ulang, Bobby dan Cindy tidak ada di sana.

Belum beres aku memikirkan keanehan ini, tiba-tiba terdengar suara pintu bergeser di lantai bawah.

Datangnya dari kamarku…

Aku takut, jujur saja waktu itu aku sudah sangat ketakutan. Tapi apa boleh buat, ini harus kulakukan. Tidak mungkin aku hanya ikut duduk dengan teman-temanku kan?

Sekilas aku melirik ke jam dinding yang tergantung di aula besar yang dapat terlihat dari lantai 3 ini.

Jam 4:00? Perasaan tadi aku bangun juga jam 4 pas deh… pikirku saat itu.

Tapi aku tidak ambil pusing, karena bisa saja jam itu rusak. Lagipula kalau diingat-ingat, sepertinya yang membangunkanku itu suara lonceng jam deh.

Akupun menuruni tangga ke lantai-2, tempat kamarku berada.

Di sana, di depan kamarku terbaring Bobby dengan mata tertutup seperti tertidur dengan posisi telentang.

Sebelah kakinya terlipat sedangkan kedua tangannya diangkat ke atas kepalanya.

Aku mendekatinya dan berusaha membangunkannya.

Tidak, dia tidak membuka matanya walaupun aku sudah menampar sedikit pipinya.

Tapi nafasnya masih ada, dia seperti.. tertidur..

Lalu pandanganku melihat suatu tanda di pergelangan kakinya yang mengenakan celana pendek. Tepat di bagian atas mata-kakinya aku melihat suatu bekas… tangan?

Lalu aku tersadar dan lebih memperhatikan lagi kalau memang ada jejak seakan Bobby diseret seseorang… atau ‘sesuatu’ sampai ke depan kamarku ini.

Pikiranku beralih ke nenek yang tadi mendatangiku, apa mungkin nenek itu juga menghampiri mereka? Lalu apa maksudnya dia menyirap teman-temanku?

Pandanganku kemudian beralih lagi ke pintu kamarku yang terbuka lebar.

Aku mendengar ketukan pelan dari dalam kamarku.

Tapi itu hanya terjadi hanya sekali saja, jadi aku tidak yakin apakah aku benar mendengarnya atau tidak.

Memberanikan diri, aku melangkah masuk ke kamar. Setidaknya aku sudah melihat rupa nenek itu tadi. Jadi setidaknya aku tidak akan terlalu terkejut lagi.

Perlahan-lahan aku melangkah masuk ke kamarku.

Suasana masih gelap, aku berusaha menghidupkan lampu. Tapi tidak ada yang terjadi walaupun aku sudah menekan saklar berulang kali.

“Yah… klasik…” gumamku.

Aku mendengar ketukan lagi, lebih pelan..

Aku melihat ke jendela… tidak ada apapun..

Lalu pandanganku jatuh pada lemari kayu tempatku dan Cindy menaruh baju kami.

Aku teringat pada cerita Andy…

Tidak tidak tidak tidak…

Sudah jelas aku tidak akan melakukan hal bodoh dengan membuka lemari itu.

Suara ketukan lagi.. dan aku yakin memang suaranya berasal dari dalam lemari.

Aku berpikir sekali lagi dan menggumam.. “Oh.. ini betulan klasik”

“Lis!!”

Nah, kali itu aku sangat yakin suaranya terdengar dari dalam lemari.

Aku mendekati lemari itu untuk mendengar sekali lagi.

“Lis!!”

Yap, itu memang suara Cindy.

Aku mengulurkan tangan untuk memegang pintu lemari itu perlahan.

Kemudian membuka sedikit pintu lemari itu.

“Lis!! Jangan!!!!”

Aku terkejut dan menoleh, suara Cindy bukan berasal dari dalam lemari, aku menoleh dan melihat Cindy berada di tempat tidurnya. Telentang tapi dengan posisi tidur yang aneh, tangannya rapat dan kakinya juga lurus rapat satu sama lainnya, seakan dia sedang terikat di tempat tidur itu.

Aku bersumpah kalau waktu aku masuk, aku tidak melihat Cindy disitu. Sumpah mati deh.

“LARI!!!” teriak Cindy, yang meneriakkan itu dengan suara seperti menahan sakit.

Aku berbalik dan bermaksud untuk jalan ke Cindy.

BRUAKK

Tiba-tiba pintu lemari kayu itu membanting terbuka.

Dari dalam lemari, kelebatan bayangan melompat dan mendorong tubuhku hingga terjatuh.

Dan aku berhadapan dengan ‘mahluk’ paling mengerikan yang pernah kulihat hingga sekarang.

Hampir seluruh wajah mahluk itu membusuk dan dipenuhi oleh belatung, sebagian wajahnya yang masih selamat seperti mengenakan tinta merah di seluruh mukanya karena penuh dengan luka. Guratan luka seperti dicakar berkali-kali di tempat yang sama.

Mata kiri mahluk itu terbelah bersama-sama dengan luka bacokan yang membujur dari pangkal kepala sampai ke rahangnya, mata yang terbelah itu masih mengeluarkan darah merah yang pekat yang menetes-netes pada bajuku.
Sebelah matanya lagi melihatku dengan pandangan yang mengerikan..

Mulut mahluk itu dipenuhi oleh darah sehingga giginya terlihat seperti barisan merah darah, dengan bibir kiri dan kanannya terbelah sehingga pipi atas dan bawahnya terpisah dengan lebar.

Aku melihat lehernya yang terkena luka gorok yang masih menetes-netes, juga pada bajunya yang tercabik-cabik.

Kemudian aku juga melihat alat kelamin dari ‘mahluk’ itu, aku tidak sanggup menggambarkannya, tapi mahluk itu dulunya adalah manusia pria, dan alat kelaminnya benar-benar dalam keadaan rusak mengerikan.

Seluruh tubuhnya menggambarkan luka potong di mana-mana, seakan seekor binatang liar telah mencakari semua bagian tubuhnya tanpa kecuali.

Dia menggabungkan kedua tanganku untuk dipegangi oleh satu tangannya, tenaganya amat kuat aku bahkan tidak bisa bergerak sama sekali semenjak diduduki olehnya.

Perlahan-lahan, dengan sebelah tangannya yang bebas dia menusuk perutku perlahan.

“Aduhh..Aduuhhh.. aww..” teriakku kesakitan saat tangannya menekan perutku dengan kuat hingga kulit perutku mungkin sudah mengenai organ di dalamnya.

“S*******!!!!!!!!”

Tiba-tiba dengan teriakan menggelegar, si hantu nenek datang.

“S*******!!!!!!!!”

Teriaknya lagi sambil menerjang ke arah ‘mahluk’ yang mendudukiku sambil menyabet-nyabetkan pisaunya.

‘Mahluk’ yang mendudukiku meloncat berdiri dan meraung ke arah nenek itu seperti raungan binatang.

“S*******!!!!!!!!” Teriak nenek itu lagi “SILUMAN!!! MATI SEKARANG!!!”

Kemudian sang ‘nenek’ berteriak dan menyabetkan pisaunya ke ‘mahluk’ itu sementara ‘mahluk’ itu hanya bisa meraung-raung dan menangkis serangan-serangan pisau nenek itu ke tubuhnya.

Darah bercipratan kemana-mana…

Aku hanya bisa duduk melihat pertempuran mereka.

Akhirnya dengan pekik raungan, cakar mahluk itu menyambar kepala si ‘nenek’ hingga putus, sementara si ‘nenek’ yang sudah dalam posisi menerjang berhasil menusuk tenggorokan mahluk itu bersamaan dengan putusnya kepala ‘nenek’ itu dari tubuhnya.

‘Mahluk’ itu terdorong hingga menembus dinding dan menghilang.

Aku menatap wajah si ‘nenek’ dari kepala yang sudah terpisah dari badannya.

Seketika itu, wajahnya yang mengerikan karena kemarahan perlahan-lahan melembut… hingga akhirnya tersenyum sebelum kepala itu menghilang.

Kemudian dengan lonjakan aku terbangun..

Teman-temanku mengelilingi aku..

“Lisa juga sudah sadar nih!!” teriak Ani.

Aku menengok dan melihat para cowok juga mengelilingi Cindy yang sedang duduk dan diselimuti oleh selimut sedang meminum sesuatu.

Begitu melihatku, Cindy memberikan gelas yang dipegangnya kepada cowok di sebelahnya dan segera melompat ke arahku dan memelukku erat-erat.

“Gua takut banget Lis….untung kita bisa balik, untung lu bisa balik” ujarnya sambil menangis memelukku.

Aku tidak bisa berkata apa-apa waktu itu hanya bisa memeluk Cindy kembali dan menangis juga.

Setelah dua jam berlalu dan kami sudah cukup tenang, Cindy berkata kalau dia terbangun sekitar jam 4:00 karena merasa tempat tidurnya bergoyang-goyang. Kemudian dia terbangun, dan ketika hendak turun dari tempat tidurnya, sebuah tangan memegang kakinya.

‘Mahluk’ itu bersembunyi di bawah tempat tidurnya. Kemudian menariknya hingga masuk ke dalam lemari, mengurungnya di dalam.

Dia berusaha untuk memanggil-manggilku namun katanya aku tetap tertidur diam.

Kemudian dia melihat aku terbangun dan melihatku keluar kamar.

Saat itu Cindy bilang dia baru akan berteriak kepadaku ketika ‘mahluk’ itu tiba-tiba berada di sampingnya dan menutup mulutnya.

Setelah beberapa saat, mahluk itu menarik Cindy ke tempat tidurnya dan meletakkannya disana. Tubuhnya bagaikan terikat walaupun tidak ada apapun pada tubuhnya. Kemudian dia melihat ‘mahluk’ itu keluar dan dari pintu kamar yang terbuka Cindy melihat Bobby diseret hingga depan pintu kamar kami oleh ‘mahluk’ itu.

Kemudian tak lama ia melihat aku masuk ke kamar, namun bagaimanapun dia mencoba memanggilku tidak ada suara yang keluar. Sampai akhirnya dia melihat bayangan ‘nenek’ itu di jendela baru dia menemukan suaranya dan berteriak padaku.

Dan dia terbangun lebih dulu dariku segera setelah ‘nenek’ itu menyerang ‘mahluk’ itu dengan melompati ranjangnya.

Dan selanjutnya, dia dan teman-teman yang lain melihat aku yang sedang terlihat sedang tertidur seperti mencoba meronta-ronta, dan kemudian bajuku yang berwarna putih mulai dibasahi oleh warna merah darah.

Beberapa temanku yang perempuan mencoba melihat apakah aku terluka, namun mereka tidak menemukan apapun, sepertinya warna merah darah itu muncul begitu saja.

Lalu mereka juga menyaksikan kulit perutku menjadi cekung perlahan-lahan, seakan sedang ditekan oleh sesuatu.

Kemudian tiba-tiba aku terdiam, dan sedikit demi sedikit noda merah menghilang dari bajuku.

Dan kurang lebih 10 menit setelahnya aku terbangun…

Setelah aku menceritakan yang terjadi padaku pada mereka, Andy angkat bicara, katanya tepat jam 3:55 lonceng jam di aula besar berbunyi. Kemudian Gerald mengatakan kalau dia melihat seseorang sedang berdiri di luar jendela dan memandangi mereka.

Bobby yang sok berani bermaksud untuk menangkap “kemungkinan pencuri” itu dan membuka pintu villa kami.

Sewaktu Bobby membuka pintu villa, sebuah potongan kain hitam tertiup ke dalam ruangan.

Bobby tidak menemukan seseorangpun dan menutup pintu kembali.

Tepat ketika itu, dia berteriak histeris dan mengatakan kalau ‘sesuatu’ ada yang berdiri di antara jaket-jaket kami yang digantung di rak.

Yang lain menengok ke belakang dan mereka mengatakan tidak teringat apa-apa lagi dan tersadar ketika mendengar suara teriakan Cindy memanggil namaku. Saat itu posisi mereka semua tertidur di sofa aula lantai dasar villa.

Setelah kejadian itu, tidak ada seorangpun dari kami yang masih berniat melanjutkan semalam lagi di Villa ini. Kemudian kami semua buru-buru berkemas dan pulang.

Ketika pulang, kami semua mampir dulu untuk makan di restoran R**** A*** karena kami merasa lapar.. jelas sih kami sama sekali belum makan kalau dipikir-pikir dari kemarin sore.

Saat kami semua makan, Handphone milik Deasy berbunyi.

Kebetulan juga aku sedang memperhatikan dia.

Aku mengamatinya menjawab panggilan telepon itu dengan muka bingung, kemudian dia berkata pada orang di telepon itu “sebentar mas, suaranya kurang kedengeran”

Kemudian Deasy mengisyaratkan kepada kami semua untuk diam dan kemudian dia mengaktifkan speakerphonenya.

“Ya mas, coba diulang lagi yang tadi” ujar Deasy pada orang yang meneleponnya.

“Iya Mbak, tadi saya nanya mbak Deasy tidak jadi datang ke Villa kami? Karena ada yang ingin menyewanya kalau mbak batal”

Deasy menjawab “Kami udah sempat nginap semalam mas”

Orang di seberang telepon diam sebentar dan menjawab “Lho, justru saya kemarin datang ke villa hendak mengecek, tapi ternyata kondisi villa masih terkunci dan listrik belum dinyalakan”

Kami semua berpandangan “Mungkin pas malam-malam saat lampu kami matikan mas?” tanya Deasy

“Enggak ada mobil diparkir juga mbak” jawab pria itu “Lagian orang villa sebelah mbak juga bilang enggak ada orang sama sekali dari pagi”

Kami semua berpandangan lagi, Akhirnya Deasy berkata “Iya mas, kalau gitu batalkan saja mas enggak apa-apa” kata Deasy lagi sambil menutup pembicaraan.

Setelah itu kami semua ramai membicarakan hal itu sepanjang perjalanan pulang. Kecuali aku dan Cindy yang hanya berkata sedikit saja.

Sosok penuh luka itu terlalu mengerikan untuk disebutkan dan diingat oleh kami…


===========================================================

Mengenai kasus ini, setelah kami coba lacak ternyata Nama S******** dikenal di penduduk sekitar situ.

Tapi ini baru kami ketahui setelah kali berikutnya Elisa dan teman-temannya berlibur kembali ke daerah itu (beda villanya tapi, trauma juga kaleee).

Waktu itu secara enggak sengaja pas lagi makan, salah satu temen si Elisa (lupa katanya siapa yang waktu itu ngomong) dan lagi nyebut nama S********** itu ada ibu2 tua yang punya restoran Padang denger. Dia kasihtau katanya Nama itu adalah nama Bocah yang waktu kecil katanya ilang diculik sama dewa harimau, dulu pas si ibu itu masih remaja, katanya waktu itu bocah ilang itu cukup ramai, sampai polisi2 juga nyariin.

Terus enggak berapa lama, kedengeran lagi berita kalau nenek dari si bocah yang ilang itu ditangkep polisi karena dituduh yang membunuh bocah itu setelah diumpetin. Karena ada orang dari daerah itu yang liat si nenek bocah sedang sabet2 pisau ke sesuatu di pinggiran kebun cengkeh. Setelah di deketin, ternyata si nenek lagi sabet2 mayat bocah yang udah enggak keruan bentuknya. Dari tanda lahir di punggung tangan si bocah, dipastiinlah mayat itu adalah mayat bocah yang ilang dulu.

Akhirnya si nenek ditangkep dan kasus ditutup.

Tapi enggak lama kemudian, katanya muncul 'mahluk' yang disebut orang pinter didaerah itu sebagai siluman yang katanya nyuri ternak-ternak warga, ama kadang2 ngejar2 anak-anak kecil. Nah enggak lama, kedengeran lagi berita nenek si bocah yang ketangkep itu meninggal di penjara.

Semenjak itu, penampakannya jadi berubah. Orang-orang banyak yang jadi saksi mata bilang ada nenek-nenek bawa pisau dapur gede selalu ribut sama suatu mahluk yang punya muka separuh macan separuh orang pakai baju hitam.

Kata ibu itu, dulu pas dia remaja banyak yang liat itu, tapi enggak lama kemudian dusun mereka dibeli oleh pengembang untuk dijadiin villa, akhirnya cerita itu udah ngilang begitu aja.


===========================================================

Gangguan2 yang dialami :
1. Terasa banget ada orang yang ngeliatin dari belakang plus suara nafasnya.
2. Sering ada suara netes-netes gitu entah darimana.
3. Pas lagi ngaca, kayaknya dibelakang jauh ada orang tapi begitu balik badan enggak ada
4. Pas lagi ngetik sebelum namanya disensor semua kedengeran sangat jelas suara ketukan 3 kali dari lemari
(abis itu langsung ngacir ke kost si Elisa, akhirannya di 7eleven ampe pagi)
5. Sering kebangun tepat jam 4:00 pagi.
6. Anjing saya jadi sangat berisik setiap saya ngetik ulang naskahnya.
7. Yang lebih horror lagi lantaran si Elisa bilang "kamu jangan lanjutin, aku ada firasat buruk banget soalnya"

Akhirnya setelah melalui diskusi seharian penuh, kita coba tulis ulang naskahnya dengan sensor di nama. (Elisa juga coret pake spidol di Diarynya sebelum di scan ulang n kasih ke saya. Lumayan sih, gangguan berkurang tinggal no 1 dan 6 yang masih kejadian. Tapi sisanya udah enggak ada.

Akhirnya kita putuskan untuk membagi 2 part cerita, yaitu sebelum kemunculan si "S*********" dan sesudah kemunculannya. Dengan harapan bisa lihat apakah yang akan kita post ini membahayakan orang atau tidak. Semoga sih tidak ada yang mengalami pengalaman saya diatas


=== Cerita Selanjutnya ===