Diary - Catatan seseorang yang bisa melihat Mereka (Catatan Nyata) - Part XIX - 1 Mei 2011 - Cerita Seram Kaskus

Diary - Catatan seseorang yang bisa melihat Mereka (Catatan Nyata) - Part XIX - 1 Mei 2011

1 Mei 2011

Diary…. Hari ini benar-benar menguras mentalku.

Jadi tadi pagi aku kan pergi ke rumah Rina temanku. Itu lho, anak yang sangat kaya sampai-sampai ada kolam renang sendiri di rumahnya.

Nah, kejadiannya tapi bukan saat aku berada di rumah Rina, tapi ketika aku baru pulang dari sana.

Sampai sekarang aku masih menyesal mengapa aku memilih untuk pulang dengan berjalan kaki ketimbang ikut dengan mobil Cindy.

Kira-kira jam 3 siang, setelah puas bertamu di rumah Rina, aku memutuskan untuk berjalan kaki menikmati pemandangan perumahan di sana yang memang bagus sekali.

Aku berpikir akan menikmati jalan-jalan santai menikmati taman bunga yang ditata dengan indah terhampar di sepanjang jalan perumahan ini.

Aku sedang menikmati pemandangan yang menyejukkan itu ketika kudengar sayup-sayup suara.

“Huu.. Huu.. Huu…”

Suara tangisan.

Aku yang sudah terbiasa dengan ‘mereka’ langsung berjaga-jaga. Aku mencoba memfokuskan pendengaranku lagi. Setidaknya aku tidak mau dikagetkan apabila ‘mereka’ sampai muncul dengan tiba-tiba.

“Huu.. Huu.. Huu..”

Suara tangisan itu terdengar lagi, sepertinya sumbernya tidak jauh dari tempatku berada.

“Huu.. Huu… Huu… ampuuun… hentikan…”

Aku terperanjat. Suara anak kecil, pikirku.

Dan dia sepertinya sedang meminta tolong.

Aku segera mencari-cari sumber suara itu.

‘BUGH’

‘BUGH’

“Huuu..Huu..huuu… ampuun..”

Suara tangisan itu terdengar, tapi aku mendengar suara lain di sela-sela tangisan itu. Aku merasa seharusnya mengenali suara lainnya itu. Tapi saat itu hal itu tidak terpikir dalam benakku.

Dan aku melihatnya…

Melihat mereka maksudku.

Disudut taman yang ditanami pohon-pohon yang rimbun, salah satu anak kecil sedang meringkuk melindungi kepalanya, sedangkan satu anak kecil lagi sedang memukulinya dengan beringas.

‘BUGH’

“Huu.. Huu…Huu…”

“HEI!! HENTIKAN!!” teriakku sembari memasuki sudut taman yang rindang itu.

‘Anak’ yang sedang memukuli anak lainnya yang sedang meringkuk itu menoleh dengan perlahan-lahan.

“Astaga!!” teriakku dalam hati.

Dengan reflek aku bergerak menjauh dari ‘mahluk’ itu…

Entahlah apa aku bisa mengatakannya sebagai ‘anak’.

‘Mahluk’ itu bertubuh seperti anak-anak, dengan tinggi sekitar anak-anak kelas 4 SD. Tapi wajahnya, wajahnya dipenuhi oleh keriput-keriput seperti orang yang sudah sangat sepuh. Alis dan rambutnya putih keperakan.

Tapi yang paling mengerikan adalah ‘mahluk’ itu hanya mempunyai dua lubang menganga di tempat matanya seharusnya berada, dia tidak memiliki hidung di tempatnya seharusnya berada. Dan bagian mulutnya hanya seperti kulit yang terbuka dan membentuk huruf o tanpa adanya bibir yang seharusnya ada disana.

‘Anak’ kecil satunya yang meringkuk karena dipukuli melompat berdiri, kemudian dia berlari dan menghilang tepat di antara kedua batang pohon.

“Oh sial…” umpatku.

Karena salahku sendiri, aku kini mencampuri urusan dari ‘mereka’.

“Sial..” pikirku, aku sangat kesal mengapa mataku ini tidak bisa membedakan antara ‘mereka’ yang hidup dan yang bukan berasal dari dunia ini.

‘Mahluk’ itu melihat hantu bocah kecil yang sudah menghilang itu.

Kemudian dia ‘menatap’ku dengan lubang matanya yang kosong.

“UUOOOOOOOO!!!!” teriak ‘mahluk’ itu marah.

Aku memundurkan langkahku dan berbalik lari.

“UOOO!?”

Aku berlari secepat mungkin untuk bisa keluar dari taman itu. Dalam hatiku aku terus-menerus berharap kalau ‘mahluk’ ini adalah salah satu dari ‘mereka’ yang tertahan pada suatu tempat tertentu.

Kalau itu benar, setidaknya dengan keluar dari taman ini aku bisa bebas.

Tapi memang keinginanku mengenai ‘mereka’ jarang terkabul.

“UOOOOOOOOOOOOOOOOO!!!”

Terdengar teriakan ‘mahluk’ itu dari belakangku.

Aku melakukan kesalahan besar dengan menengok ke arah belakang.

‘Dia’ sedang merayap dengan cepat di semak-semak yang membatasi taman tersebut.

“Ya ampun!!” teriakku sambil berlari dikejar setan.

Dalam arti yang sebenarnya.

Aku terus berlari dan berlari sampai tiba di halte bus.

Secara kebetulan bus yang ingin kutumpangi sedang mengetem di sana.

Serta merta aku melompat naik ke dalam bus. Dan berlari menempati tempat duduk paling belakang dan menyembunyikan tubuhku.

“UOOO!?”

Aku melihat ‘mahluk’ itu celingukan mencari diriku.

Sampai bus kembali berjalan, aku terus menerus menundukkan tubuhku berusaha untuk tidak terlihat olehnya.

Baru sampai bus berjalan menjauhi tempat itu, aku berani menegakkan dudukku dan duduk bersender pada bangku bus.

Aku terlelap di bus karena kelelahan setelah berenang di rumah Rina dan berlari dari ‘mahluk’ itu.

“Uooooo”

Suara itu membuatku terlonjak dari tidurku.

“Uoooo!!”

Aku menengok ke sampingku.

‘Mahluk’ itu sedang menempel pada kaca jendela bus.

Lubang matanya yang kosong menatap lurus kepadaku.

“UOOOO!!”

‘Mahluk’ itu berteriak dan merayap naik ke atas atap bus yang kutumpangi itu.

Jantungku berdegup kencang…

Apakah dia sudah pergi?

Apakah dia menungguku keluar?

Bagaimana dia bisa mengejarku ke sini?

Berbagai macam pertanyaan berkecamuk di dalam kepalaku.

Aku berusaha menempelkan wajahku pada jendela bus, dengan harapan akan melihat sosok ‘mahluk’ itu.

Lebih baik aku takut tapi melihatnya berada di mana, ketimbang aku harus takut tanpa tau ‘dia’ sedang melihatku dari mana.
“Uoooo”

Tidak butuh lama untukku mendapatkan jawaban atas penasaranku.

‘Mahluk’ itu memasuki bus ketika bus berhenti dan pintunya terbuka.

“Uooooo”

“Uoooo!!”

“Uooooo!!!”

Dengan mengeluarkan suara lolongan mengerikan itu, ‘mahluk’ itu berjalan mendekat ke tempatku duduk.

“Uoooo”

‘Dia’ berhenti tepat di depanku.

Aku menutup mataku ketika dia mendekatkan wajahnya kepadaku.

“Uoooo..”

Dia menjulurkan tangannya untuk menyentuh wajahku.

“Uoooooo!!”

Aku merasakan perasaan yang sangat dingin pada tempat dimana seharusnya jari ‘mahluk’ itu menyentuhku.

Tapi aku tidak merasakan sentuhan fisik dari ujung jarinya itu.

Hanya hawa dingin saja.

“Uoooooooo!!”

Dia mendekatkan wajahnya hingga hampir menempel pada wajahku.

“Ahh!?” teriakku kaget.

Aku merasakan sesuatu sedang ‘diambil’ dari diriku.

Perlahan-lahan aku merasakan tenagaku menghilang dari tubuhku.

“Aahhhhh!?” aku merasakan tubuhku makin melemah.

“UOOOOOOOO!!!!!”

‘Sesuatu’ menarik mundur ‘mahluk’ itu dari wajahku. Bagaikan tertarik oleh sesuatu yang tak nampak, ‘mahluk’ itu terseret menjauh.

“UOOOOOOOOOO!!!!!” teriak ‘mahluk’ itu terdengar marah dan… entahlah, kecewa?

Aneh sekali karena seakan-akan aku bisa merasakan pikiran dari ‘mahluk’ itu.

Aku sangat lemas sekali sampai sekarang…. Hari ini benar-benar nyaris saja… dan menghilangnya ‘mahluk’ itu malah membuat misteri yang makin besar lagi….

Tapi aku lebih memilih untuk bertanya-tanya seperti ini dibandingkan harus bertemu dengan ‘mahluk’ itu lagi.

Cukup dan semoga tidak berkelanjutan…


=== Cerita Selanjutnya ===