Diary - Catatan seseorang yang bisa melihat Mereka (Catatan Nyata) - Part XX - 15 Mei 2011 - Cerita Seram Kaskus

Diary - Catatan seseorang yang bisa melihat Mereka (Catatan Nyata) - Part XX - 15 Mei 2011

15 Mei 2011

Halo diary…

Entah bagaimana aku menggambarkan pengalaman hari ini…

Banyak sekali hal baru yang kualami hari ini.

Aku diminta oleh pak A*** Z****** untuk pergi ke perpustakaan Universitas ********* yang cukup terkenal namun cukup jauh dari kampusku ini, yaitu di daerah D*****.

Dan itu jauh sekali bagiku untuk pergi kesana dengan angkutan umum, jadi aku membujuk Cindy untuk pergi bersamaku.

Kalau kupikir-pikir lagi sekarang, sepertinya pergi berdua dengan Cindy berarti akan berhadapan dengan penampakan dari ‘mereka’.

Dan sayangnya aku benar..

Kampus ini dari luar sudah terlihat sangat besar. Terdapat pepohonan dan taman di kiri-kanan jalan menuju gedung utama Kampus.

Ketika aku dan Cindy sampai di Kampus itu, kami sudah mencium bau melati yang sangat pekat. Seakan-akan seluruh areal Kampus adalah kebun melati.

Perasaan kami tidak enak, jadi kami memutuskan untuk memarkir mobil di depan mini market yang tidak jauh dari kampus itu. Bagaimanapun juga, kami sudah merasakan di kejar-kejar di parkiran. Mengantri bayar di pintu keluar parkiran bisa membahayakan, apalagi kalau kasirnya lama.

Jadi memarkir mobil di tempat yang tidak butuh mengantri keluar lewat loket.

Aku dan Cindy memasuki kampus yang luar biasa luas itu.

Dan kami langsung mengetahui alasan dari bau bunga melati yang semerbak di sini.

Di seluruh areal pepohonan dan tanaman yang menghampar di sisi jalan, aku melihat puluhan sosok berambut panjang dan memakai baju putih sedang duduk berjongkok, menundukkan kepala mereka sehingga aku tidak bisa melihat wajahnya.

Tapi, bahkan akupun bisa tahu ‘mereka’ itu apa…

Kuntilanak…

Dan ‘mereka’ ada banyak sekali…

Beberapa dari ‘mereka’ duduk berkerumun di bawah pohon, sedangkan beberapa lagi duduk diatas ranting-ranting pohon dengan posisi yang sama dengan yang berada di bawah pohon. Berjongkok dan menundukkan kepala mereka.

Aura dingin sangat terasa di seluruh jalanan menuju gedung utama Kampus ini.

Bayangkan saja rasanya berjalan di jalan yang di kiri dan kanannya penuh dengan ‘mereka’. Kesemuanya sedang duduk berjongkok dan tidak bergerak.

Kami melangkah dengan berhati-hati dan berjaga-jaga kalau ‘mereka’ semua tiba-tiba bangun dan mengerubuti kami.

Masalahnya ‘mereka’ terlalu banyak, bahkan aku tidak pernah melihat penampakan sebanyak ini sebelumnya.

Aku dan Cindy mencapai gedung kampus utama dengan selamat. Tidak satupun dari ‘mereka’ yang mendatangi atau menyerang kami.

Begitu memasuki gedung kampus, aku dan Cindy kembali melihat beberapa dari ‘mereka’ berjongkok di pinggiran-pinggiran kampus yang tidak didatangi orang.

Sampai di titik ini, aku benar-benar bingung dan penuh pertanyaan dalam benakku. Bagaimana mungkin bisa sebanyak ini Kuntilanak ada di kampus ini. Sebenarnya apa cerita yang terjadi di kampus ini?

Dengan pikiran yang dipenuhi dengan pertanyaan mengenai ‘mereka’, aku dan Cindy memutuskan untuk segera menyelesaikan urusan kami di kampus ini dan pergi sesegera mungkin.

Tapi ternyata perpustakaan itu tidak memperbolehkan peminjaman buku ke mahasiswa yang bukan dari universitas itu. Alhasil kami harus menyalin secara manual dari buku karangan Dosen kami itu ke buku catatan kami. Benar-benar tugas yang menyita waktu dan tenaga.

Kami baru selesai ketika pengumuman Adzan Mahgrib berkumandang.

“Waduh, udah sore banget” keluh Cindy

“Iya” jawabku singkat, aku merasakan firasat yang sangat tidak enak tiba-tiba. “Yuk, buruan pulang” ajakku.

Cindy mengangguk “Yuk deh, serem juga lama-lama di sini”

Kami turun dengan Lift dan berjalan sampai ke lobby. Ada yang hilang disini…

‘Mereka’ yang tadinya berjongkok di sudut-sudut sudah menghilang.

Kemana mereka pergi? Adalah pikiranku saat itu.

Yahh… tidak perlu waktu lama untuk mendapat jawaban itu.

Karena begitu kami membuka pintu untuk keluar, kami langsung disambut.

“HIHIHIHIHI!!”

“HIHIHIHIHIHI!!”

“HIHIHIHIHIHI!!”

Suara tawa dari ‘mereka’ terdengar bagaikan menggema di kampus itu.

Aku dan Cindy melihat sesuatu yang hanya bisa kami deskripsikan seperti ‘pesta Kuntilanak’.

Seluruh areal kampus dipenuhi oleh ‘mereka’.

Para Kuntilanak itu melompat, melayang dan berputar-putar di seluruh areal kampus.

Aku melihat reaksi beberapa mahasiswa dan penjual makanan di sekitar kampus, dan sepertinya mereka bisa melihat para Kuntilanak itu tapi dari reaksinya, sepertinya mereka hanya bisa melihat salah satu dari ‘mereka’ atau mungkin hanya mendengar suara tawanya.

Karena tidak ada satupun orang yang tidak akan lari melihat Kuntilanak sebanyak ini.

“Cin!” bisikku pada Cindy sambil menyenggol lengannya “Ayo pulang… aku takut” kataku.

Cindy mengangguk singkat.

Aku dan Cindy memeluk erat tas kami dan berlari kecil menuju gerbang kampus itu.

“HIHIHIHIHIHIHI!!”

“HIHIHIHIHIHIHI!!”

“HIHIHIHIHIHIHHI!!”

Diatas kami berterbangan para Kuntilanak yang mengeluarkan bau bangkai yang bercampur dengan bau melati yang semerbak

Ada satu yang sedikit aneh bagiku, sepertinya suara tawa yang besar itu tidak terdengar dari Kuntilanak yang terbang tepat di atas kepala kami, tapi malahan terdengar dari kejauhan. Kuntilanak yang berada di atas kepala kami terlihat tertawa, tapi sepertinya aku tidak mendengar suara tawanya.

Aku menengok ke belakang sekilas, ke arah gedung utama kampus itu.

Beberapa Kuntilanak sedang melayang di luar jendela kampus di beberapa lantai. Kurasa itu adalah bentuk asli dari ‘penampakan’ yang dilihat orang-orang di kampus ini.

Andai orang-orang itu tahu kalau penampakan yang mereka lihat itu adalah salah satu dari puluhan Kuntilanak yang ada di kampus ini.

Aku segera berbalik lagi dan berjalan lebih cepat ke arah gerbang kampus itu.

“hihihihihi…”

Suara tertawa halus yang bagaikan bisikan terdengar seakan-akan langsung di sebelah telingaku.

Dengan reflek aku berbalik.

“Ahhh!!” teriakku kaget.

Salah satu dari Kuntilanak itu melayang tepat di belakang kami.. Wajahnya yang penuh dengan carut-marut berwarna merah terang terlihat dengan jelas. Rambut panjangnya yang berantakan berkibar-kibar di belakangnya.

Jarak kami dengannya sudah begitu dekat, kami hanya terpisahkan sekitar setengah meter dengan Kuntilanak itu.

Aku memaksakan diriku untuk berjalan lebih cepat. Tapi langkahku terasa dingin dan berat seakan tubuhku menolak untuk berjalan.

“Cewek bego… udah tau masih aja dilakuin” kata sebuah suara.

Suara yang sangat kukenal baik.

“KEKEKEKEKEKEKEKEKEKK”

Si ‘wanita’ ber-dress putih muncul dengan tiba-tiba di tengah-tengah aku dan Cindy.

“KEKEKEKEKEKEKEKEKEKK”

Kuntilanak yang tadinya mengejar kami terlihat bingung. Dan berhenti tiba-tiba. Berdiri mematung dan menundukkan kepalanya, sehingga rambutnya yang panjang dan acak-acakan menutupi wajahnya.

“Pergi sana!! Bau kamu itu mancing mereka tau” kata ‘wanita’ itu sambil menunjuk ke arah kerumunan Kuntilanak yang sedang berkumpul di prasasti lambing kampus ini.

Dari jauh beberapa kuntilanak yang melayang-layang di dekat gedung kampus menuju ke arah kami.

Si ‘wanita’ itu melompat ke depan dan mendarat dengan tangan dan kakinya, seperti layaknya binantang berkaki empat.

“KEKEKEKEKEKEKEKEK!!”

“HIHIHIHIHIHIHIHIHIHI!!”

“KEKEKEKEKEKEKEEKEK!!”

“HIHIHIHIHIHIHIHIHIHIHI!!”

‘Wanita’ ber-dress putih dan para Kuntilanak saling berhadapan, keduanya pihak saling mengeluarkan tawa yang mengerikan.

Para Kuntilanak melayang-layang sementara ‘wanita’ ber-dress putih memanjangkan lehernya hingga kurang lebih menyamai tinggi lampu taman sambil meliuk-liukkan badannya, persis seperti kucing yang akan berkelahi.

Aku terbengong-bengong melihat kejadian itu, namun Cindy segera menarik tanganku dan separuh menyeretku ke luar gerbang.

Sekeluarnya dari gerbang, semua suara tawa Kuntilanak itu menghilang. Meskipun ada beberapa dari ‘mereka’ yang berdiri di pintu gerbang kampus itu dan melihat ke arah dalam kampus itu.

“Buruan Lis!!” kata Cindy yang sudah terlebih dulu menyebrang jalan dan sudah berada di samping mobilnya.

“Iya!” jawabku sambil ikut menyebrang jalan itu.

Pemandangan yang sangat aneh… banyak hal yang menurutku bahkan lebih aneh daripada biasanya.

Memang, aku biasanya tidak pernah ingin tau mengenai asal-usul dari ‘mereka’. Lebih baik untuk tidak tahu banyak daripada mengetahui dan menarik minat mereka untuk tahu soal diriku juga.

Tapi, ini terlalu aneh…

Bagaimana mungkin bisa ada sebanyak itu Kuntilanak di dalam areal kampus itu.

Jumlah mereka bahkan lebih banyak dari ‘mahluk’ yang berada di kampusku sendiri digabungkan menjadi satu.

Selain itu juga timbul satu pertanyaan lain…

Mengapa ‘wanita’ ber-dress putih itu membantuku?

“Karena aku tidak mau berbagi”

Ucap sebuah suara dari kursi belakang.

Karena kaget, aku segera berbalik untuk melihat ke jok belakang.

“KEKEKEKEKEKEKEK”

‘Dia’ duduk di jok belakang mobil Cindy entah dari kapan. Setelah tersenyum jahat, ‘dia’ menghilang sembari mengeluarkan tawanya yang khas.

Sepertinya… hidupku akan semakin kacau deh…

Dan sepertinya, ‘Kutukan’ ini juga semakin kuat saja.


=== Cerita Selanjutnya ===