Diary - Catatan seseorang yang bisa melihat Mereka (Catatan Nyata) - Part XXV - 20 September 2011 - Cerita Seram Kaskus

Diary - Catatan seseorang yang bisa melihat Mereka (Catatan Nyata) - Part XXV - 20 September 2011

- Catatan dari Elisa –
Update kali ini terpaksa diketik ulang secara manual karena catatan aslinya sudah rusak karena lecek dan basah karena air mata (hehehehe…), lagipula catatan aslinya hanya berupa ungkapan keputus-asaan saja kok, tidak bisa kuceritakan dengan jelas, jadi aku akan menceritakan kejadian itu berdasarkan ingatanku, Ditambah dengan catatan sebelum kejadian yang yang tidak bisa di share di sini karena isinya terlalu pribadi.

-Salam-
Elisa

Ringkasan cerita sebelum tanggal 20 September 2011:
Aku dan Robert (dan Kiki) pergi ke kampungku lagi untuk bertemu dengan nenek Eli.

Kami bertemu nenek Eli dan diberikan informasi Identitas asli dari si ‘dewa jahat’ yang sebenarnya (Cukup mengejutkan juga).

Nenek Eli memberikan padaku lonceng yang diikat dengan bentuk segitiga. Katanya lonceng itu adalah lonceng pelindung.

Nenek Eli berhasil ‘menyucikan’ roh Kiki, Kiki naik ke surga dengan ‘dijemput’ oleh arwah kedua orang-tua Robert.

Robert menembakku, dan akhirnya kamipun jadian.

Robert beberapa kali mengatakan kalau ada sesuatu yang mengganggunya. Tidak termasuk ‘wanita’ dress putih yang memang beberapa kali mengganggu dia. Tapi ‘sesuatu’ yang lain.

Selama bersama Robert, setidaknya aku tidak begitu diganggu oleh ‘mereka’, sebagai gantinya Robert seakan memancing ‘mereka’ untuk datang kepadanya, menggantikan aku. Robert menjaga aku dengan baik.

Nenek Eli pernah mengatakan, kalau aura Robert sudah dikotori oleh aura lain yang sangat kuat, bahkan diluar kemampuan nenek Eli untuk bisa membersihkannya. Sebagai tambahan, Piyak sangat tidak mau berada di dekat-dekat Robert entah mengapa.

Kemarin (sebelum catatan yang akan di share ini) Robert pergi untuk mendaki gunung. Sebenarnya sebelumnya aku sudah melarangnya untuk pergi karena firasat buruk. Tapi dia tetap memaksa pergi. Dan baru saja kemarin sore aku mendengar kabar dari rekan satu team panjat gunung Robert kalau dia menghilang dengan dua orang seregunya.

20 September 2011

Yang kuingat pada hari ini adalah, seharian aku sangat khawatir dengan keberadaan Robert. Team pencari mengatakan kalau kabut sudah sangat tebal sehingga pencarian baru bisa dilakukan lagi setelah kabut agak turun.

Siang hari, kabut mulai agak turun, sehingga team pencari mulai mencari kembali keberadaan dari Robert dan kawan-kawannya.

Aku merasakan firasat burukku semakin menjadi ketika team pencari mengatakan menemukan jejak Robert dan kawan-kawannya di tengah hutan, bergerak menjauh dari titik keluar hutan.

Aku ingat kalau seharian aku tidak henti-hentinya berdoa untuk keselamatan Robert.

Akhirnya, Aku memutuskan untuk pergi menyusul Robert untuk ke gunung itu. Apapun yang terjadi.

Dengan mengikuti impuls keputusan itu, segera sore aku sudah bersiap di bandara untuk terbang ke kota itu.

Pada saat itu, team pencari mengatakan kalau mereka terpaksa menghentikan kembali pencarian karena kabut naik dengan sangat cepat lagi. Mereka menyatakan sudah melakukan penyisiran juga dengan menggunakan bantuan penduduk asli di sekitar hutan itu.

Akhirnya pada saat sore menjelang malam ketika aku mendarat di kota itu, aku kembali mendapatkan kabar kalau pencarian tidak akan dilanjutkan sampai esok paginya.

Aku segera menaiki kendaraan travel bersama dengan Cindy dan Andy, kakak dari Cindy yang menemaniku dalam perjalanan ini dan segera bertolak dari bandara menuju site pendakian gunung itu.

Saat subuh, aku mendapatkan mimpi kalau Robert mengatakan padaku semuanya akan baik-baik saja. Dan dia akan kembali padaku dan tidak pernah akan pergi lagi dariku.

Aku terbangun dengan penuh keringat, perasaanku saat itu bagaikan sesuatu di rongga dadaku terasa kosong dan dingin. Seakan sesuatu yang ada di dalamnya diambil daripadaku.

Tapi waktu itu aku berpikir kalau hal itu adalah bentuk dari kekhawatiranku yang berlebihan saja.

Kami sampai di site itu sekitar jam 4 subuh.

Team pencari menyatakan kalau mereka sudah melanjutkan pencarian.

Sekitar jam 9, team pencari mengatakan kalau mereka menemukan jejak yang menuju ke tebing dan berakhir di tepian tebing.

Saat mendengar itu, hatiku mencelos… tidak mungkin…. Pikirku…. Jangan Robert… pikirku….

Menurut team pencari, mereka menemukan jejak lain, yaitu sisa-sisa kemah seadanya.

Mereka menemukan tiga sisa makanan kaleng yang telah dibuka. Salah satu dari tiga makanan kaleng itu masih penuh katanya. Tapi tidak diragukan kalau bekas makanan kaleng itu masih baru dan masih hangat. Begitu pula dengan bekas api yang sudah dimatikan.

Team pencari melanjutkan pencarian mereka, pada suatu laporan, aku mendengar kalau mereka mengatakan hanya ada dua jejak yang terdeteksi. Tapi hal itu bukan berarti apa-apa.

Aku terus menunggu dalam rasa khawatir dan keragu-raguan yang tidak tertahankan.

Akhirnya, pada sekitar jam 3 sore, terdengar suara teriakan sukacita dari anggota team pencari.

Mereka telah menemukan rombongan yang hilang dan segera menjemput mereka kembali ke titik keluar hutan.

Aku segera mengikuti rombongan team pencari yang menunggu diluar hutan untuk menyambut misi penyelamatan yang dikatakan berhasil itu.

Namun, aku melihat sedikit keanehan ketika melihat salah satu anggota rombongan itu meronta-ronta dari tuntunan anggota team pencari.

Aku segera mendekat untuk mendengar masalahnya.

“Lepas!! Kalian tega sekali meninggalkan Robert!! Dia ada bersama kami tadi!!” teriak salah satu anggota rombongan yang diselamatkan.

“Iya, dia bisa tersesat sendirian!!” teriak satunya lagi.

Aku langsung berlari menghambur ke arah kedua orang itu.

Salah satu dari mereka melihatku dan tampak mengenaliku “Lo pacarnya Robert kan?” tanyanya.

Aku lupa apakah aku mengenali orang itu atau tidak, yang pasti aku menanyakan perihal Robert padanya.

Dia bercerita “Robert ada bersama kami.. Dia yang memimpin kami kembali sampai bisa bertemu dengan team SAR ini, tapi mereka malah meninggalkan dia”

“Meninggalkan dia, apa maksud kamu?”

Dia menuding ke arah salah satu team penyelamat “Dia bilang kalau dia gak liat Robert, dia cuman nemuin kami berdua!! Padahal Robert ada sama-sama kami” kata orang itu marah.

Aku menatap ke salah seorang anggota team pencari itu untuk meminta penjelasan.

“Bu, kami akan ceritakan yang sebenarnya” kata team penyelamat itu “Sahabat ibu yang kami selamatkan itu, sepertinya sudah mengalami halusinasi karena kedinginan dan kelaparan di hutan, sehingga mengatakan kalau mereka bersama seseorang yang tidak ada”

“Enak aja, Robert sama-sama kami, bahkan mau berbagi sardencis punya dia buat dimakan” teriak salah seorang dari yang diselamatkan.

“Benar, Robert juga yang meminjamkan korek apinya untuk nyalain api, kalo enggak kita bertiga sudah mati di hutan dari kemarin” kata seorang lainnya.

Anggota team penyelamat itu bingung “Itu tidak mungkin pak” katanya pelan tapi tegas.

“Kenapa tidak mungkin pak?” tanyaku.

“Karena kami menemukan tas hijau tersangkut di pepohonan di samping tebing” kata team penyelamat itu “Di pinggiran tebing itu juga kami temukan bekas genggaman jari yang terlepas, ada bekas darahnya” lanjutnya.

Tas gunung hijau? Itu tas kesayangan Robert…..

“Kalian ngomong apa sih? Tebing apaan? Mana ada kita ketemu tebing?” tanya seseorang yang diselamatkan itu.

Aku sebenarnya enggan menanyakan ini, tapi logikaku sudah mengatakan jawabannya. “Apa, apa pernah Robert terpisah dengan kalian?”

Si rombongan tersesat berpikir sejenak. “Ada!” jawab orang itu akhirnya “Kalau gak salah si Robert waktu itu jalan lurus kayak kesetanan, ke tengah-tengah kabut.”

“Ohhh, iya tuh, gak lama dari itu kita denger suara orang teriak kan” kata orang satunya.

“Iya, itu sebelum kita nyasar kayaknya” lanjut yang satunya kembali.

“Tapi abis tu gak lama si Robert balik” kata orang yang kedua “Katanya dia abis kencing bentar” jelasnya.

“Apa kalian melihat ada yang aneh dari dia waktu itu?” tanyaku.

“Enggak sih, kecuali dia jadi positif thinking banget padahal mukanya pucet banget udah”

Mendengar itu, tanpa tertahan air mataku jatuh bagaikan bendungan runtuh. Aku sangat ingat kalau aku menangis meraung-raung dengan sedih.

Robert sudah tiada… tapi dia bahkan masih menolong teman-temannya untuk bisa selamat walaupun sudah tiada…

Awalnya para rombongan Robert itu dan para anggota team penyelamat bingung dengan tingkahku itu.

Akhirnya setelah menangis hampir satu jam, dan ketika aku bisa kembali bicara dengan cukup lancar tanpa sesenggukan. Aku mengatakan alasanku menangis.

Aku mengatakan kesimpulanku kalau Robert sudah tiada, yang bersama-sama dengan kedua orang pendaki gunung itu hanyalah hantunya atau sesuatu seperti itu.

Pasukan team pencari mengerahkan seluruh pasukannya untuk menyisir tebing tempat Robert diperkirakan jatuh.

Tapi tidak ada yang ketemu. Mayat Robert tidak ada dimanapun di sekitar tebing itu.

Karena itu sempat terbersit harapan kalau Robert masih hidup.

Tapi, ketika aku tertidur di tenda pada malam itu, kelelahan untuk mendapatkan kabar dari Robert.

Tiba-tiba kemahku yang dingin menjadi hangat.

Dan kemudian, terdengar bisikan lembut suara Robert dari belakangku.

“Kamu pulanglah… Aku menepati separuh janjiku… setidaknya aku tidak akan meninggalkan kamu lagi”

“Robert??”

“Iya… aku bersamamu”

Aku merasakan sentuhan, dan sesaat kemudian aku merasakan tubuhku bagaikan berada di dalam pelukan Robert.

Air mata kembali mengalir deras dari mataku. Aku berbalik dan mendapati sosok Robert terlihat sedikit transparan sedang berdiri dengan senyuman sejuk.

“Kamu dimana? Kamu kenapa?” tanyaku sambil terisak-isak.

“Aku… aku kena ditipu oleh penunggu hutan ini” bisik Robert.

“Kenapa?”

Robert menggeleng “Tidak tau.. tapi jasadku diambil olehnya. Kamu pulang sajalah, hentikan pencarian ini, Aku tidak akan ditemukan” katanya.

“Kamu… lalu mengapa kamu disini?”

“Aku kan udah janji akan kembali ke kamu, aku tidak akan meninggalkan kamu”

Aku menggeleng “Tidak…” air mata mulai keluar lagi.. aku jadi malu mengingat cengengnya aku dulu.

“Tidak…” aku mengatakannya sekali lagi, dengan lebih mantap sekarang “Kiki dan orangtua kamu sudah menunggu kamu di tempat yang lebih baik”

“Pergilah…” kataku lagi pada Robert “Jaga saja aku dari atas sana, aku tidak apa-apa” lanjutku, yang jelas sekali tidak terdengar meyakinkan karena kulakukan sambil menangis terisak.

Robert menggeleng “Aku tidak bisa” katanya.

“Kenapa?”

“Jasadku disembunyikan, aku tidak bisa kemana-mana. Aku terjebak di sini” katanya. “Karena itu lebih baik aku menjaga kamu saja”

“Tidak-tidak-tidak, kamu harus pergi”

“Tidak bisa Lisa…”

Mendengar kata-kata Robert, yang kuingat saat itu adalah aku merasakan jantungku ini bagaikan diremas-remas. Rasanya benar-benar sakit dan menyesakkan….

Pada akhirnya, aku menyerah…

Mungkin aku akan bertanya lagi pada oma Eli apakah dia bisa membantu Robert untuk melanjutkan perjalanan juga? Atau entahlah…

Keesokan harinya team pencari memutuskan untuk menghentikan pencarian. Robert dikategorikan sebagai orang yang hilang di gunung. Beberapa Koran lokal memberitakan berita mengenai hilangnya Robert cukup besar-besaran.

Bahkan aku sempat melihat berita tentang hilangnya Robert masuk di Koran ibukota, walaupun hanya kolom kecil saja.

Tidak ada upacara pemakaman dengan undangan untuk Robert dari sanak saudaranya, hanya pemakaman terbatas yang dihadiri pihak keluarga saja.

Sepertinya Robert juga tidak terlalu dekat dengan familynya yang lain.

Pada akhirnya, Robert hanya menatap dengan tatapan kesepian dan sedih dari pintu masuk ruangan upacara kematiannya yang begitu sederhana. Dengan peti mati kosong yang berfungsi hanya sebagai simbol dan upacara pembakaran peti itu, tapi bedanya, tidak ada abu yang bisa dibawa pulang oleh sanak saudaranya.

Seakan-akan keberadaan Robert di dunia ini hilang begitu saja.

Sebelum kematiannya, atau hilangnya dia, orang yang terdekat dengannya hanyalah aku… dan Cindy. Dia benar-benar menjadi orang yang tidak bersosialisasi beberapa bulan belakangan itu. Jadi, hampir tidak ada orang yang benar-benar kehilangan dia, seperti aku.

Catatan asliku telah terlalu penuh dengan air mata dan lusuh karena beberapa kali kuremas. Jadi aku menceritakan ulang kisahku dengan kata-kataku sendiri.

Suatu saat aku pasti menemukan cara untuk mengantarmu pergi.

I’m writing this again for Robert. Sayang aku tidak akan menyebutkan nama aslimu disini.

With Memories,
Elisa


=== Cerita Selanjutnya ===