Diary - Catatan seseorang yang bisa melihat Mereka (Catatan Nyata) - Part XXVI - 1 Oktober 2011 - Cerita Seram Kaskus

Diary - Catatan seseorang yang bisa melihat Mereka (Catatan Nyata) - Part XXVI - 1 Oktober 2011

1 Oktober 2011

Diary…

Ini adalah jam 02:00 pagi….

Kalau selama ini karena sudah begitu seringnya aku berurusan dengan ‘mereka’ sehingga aku sama sekali tidak pernah memikirkan ketakutanku yang terbesar, maka hari ini aku dipaksa untuk mengetahui ketakutanku.

Aku bahkan tidak menyadarinya selama ini. Kalau ternyata aku sangat takut dengan kegelapan total.

Kegelapan dimana kau tidak bisa melihat apapun. Kegelapan dimana aku merasa lumpuh.

Aku tidak tau kalau ternyata terror dari ‘mereka’ yang tidak bisa kulihat langsung dengan ‘mata’ ini, tapi hanya melalui kegelapan, lebih menakutkan bagiku.

Diary.. kau pasti sadar tentang mati lampu total tadi kan?

Ketakutanku yang paling besar baru kuketahui dalam kegelapan total itu.

Mati lampu total mengakibatkan kegelapan total pada rumah kostku.

Sisi negative dari mengontrak sendirian adalah kau tidak mendapatkan rasa kebersamaan karena ada yang bersama dirimu saat terjadi hal-hal seperti contohnya, mati lampu.

Rasa panas di ruangan membuka mataku.

Dan perasaan aneh merayap naik ke perutku ketika aku membuka mataku dan mendapati kegelapan yang sama seperti ketika aku menutup mataku.

Suasana saat itu sangat hening. Bahkan terlalu hening.

Aku merasakan perasaan kecil. Seakan-akan aku sedang berada di dalam ruangan gelap yang sangat besar ketimbang sebuah kamar kecil berukuran 2.5 x 2 meter.

“Sial… mati lampu.. panas…” aku bersuara dengan sedikit keras. Kegelapan dan keheningan ini entah mengapa sangat menggangguku.

Aku turun dari tempat tidur dan berjalan dengan hati-hati ke arah meja tulisku untuk berusaha mendapatkan handphoneku untuk sedikit cahaya.

Tapi aku merasakan kalau meja tulis yang biasanya bisa dicapai dengan dua sampai tiga langkah, tidak dapat kutemukan.

Entah karena kegelapan ini atau keheningan yang membuatku gelisah sehingga aku tidak menemukan arah ke meja tulisku itu.

“SRETT..SRETT..SRETT..SRETTT…”

Terdengar bunyi seperti sesuatu sedang menggaruk-garuk kayu.

“SRETT..SRETT..SRETT..SRETT…”

Bunyi itu sedikit menggema dalam kesunyian ini sehingga aku tidak dapat menemukan sumber asal suara itu.

“Suara apa itu?” aku sengaja bersuara dengan sedikit keras. Berusaha menenangkan jantungku sendiri yang berdebar dengan kencang bersamaan dengan firasat burukku yang semakin meningkat.

Suara itu berhenti…

“Suaranya hilang.. mungkin tikus..” ucapku lagi mengatakan isi pikiranku dengan lantang untuk menyembunyikan gemetar yang mulai merayap sampai ke bibirku.

Aku benar-benar benci kegelapan ini.

“Hshhhhhh….Hsshhhhhhhhh… Hssshhhhhhhhh….”

Bunyi hembusan napas. Dan aku sangat yakin aku tidak membayangkannya.

“Siapa disitu?” aku sedikit berteriak. Di dalam hatiku aku berkata berulang kali.. tolong jangan ada apa-apa.. tolong jangan ada apa-apa, sambil berdoa berulang-ulang.

Kemudian kembali hening.

Rasa dingin merayap dari ujung kakiku hingga naik sampai punggungku. Aku menyadari kalau ujung jemariku mulai gemetaran juga.

“…….. kkkkkkaakkkkkkkkkkkkkkkkkkkk……..”

Suara serak itu.. seperti suara katak yang berpuluh kali lebih serak. Namun suara itu terdengar sangat pelan.

“Siapa itu?!” aku berteriak tapi aku tidak bisa menyembunyikan suara bergetar yang keluar dari mulutku.

Sunyi lagi.

Tapi kali ini kesunyian itu tidak lama.

“Srekk..srekk..srekkk…”

Suara langkah yang di seret. “Srekkk…Srekkk…Srekkkk….” Dan suara seretan langkah itu semakin mendekat.

Tenggorokanku tercekat dan aku panik.

Aku berusaha berjalan mundur, berusaha mencari tempat tidurku.. atau apa sajalah yang bisa membuatku mengetahui arah di kamar yang gelap ini.

Dan kakiku menyandung sesuatu yang dingin dan keras.

“Aduh!?” seruku ketika mendarat pada pantatku.

“Hahhhhhh…. Hahhhhhh… Hahhhhhhh…..”

Aku tidak dapat melihatnya, tapi seluruh tubuhku bisa merasakan keberadaan ‘sesuatu’ yang tepat berada di depanku. ‘Sesuatu’ itu berada begitu dekat, dan entah bagaimana, aku merasa ‘sesuatu’ itu sedang menatap ke arahku.

“Hahhhhh….Hahhhhh….Hahhhhhhh…….”

Aku membeku, tidak ada suara apapun yang bisa keluar dari mulutku. Hanya terdengar suara desahan yang seakan menggema di seluruh ruangan ini.

“Srekkk…Srekkk…Srekkk….”

Suara langkah yang diseret itu mendekat… dan semakin mendesak.

Dan itu cukup untuk membuat kepanikanku pecah.

“AHHHHH!!!”

Aku berteriak histeris. “AAHHHHHHHH!!!!”

“ROBERT!! MBAK *********!! KALIAN DISANA KAN? PLEASE…PLEASE…PLEASE….” Aku berteriak-teriak histeris tanpa bisa ditahan.

‘PATS’

Lampu menyala.

Tepat ketika kegelapan menghilang dan digantikan dengan terang lampu tidur yang temaram, aku melihat bayangan yang memudar. Aku tidak bisa melihat dengan jelas bayangan apakah itu. Tapi bayangan itu seperti sesosok ‘mahluk’ yang bertangan panjang dan dalam posisi jongkok. Jarak tangannya yang terulur berjarak berberapa centi di depan wajahku.

Ternyata kegelapan membuatku merasakan kalau aku bergerak mundur ke arah tempat tidur, tapi ternyata aku malah menjauh dari tempat tidur.

Selain itu, meja tulis yang kucari-cari dan tidak kutemukan ternyata berada tepat di belakangku, hanya berjarak sekitar 30 centi lagi.


=== Cerita Selanjutnya ===