100 Tahun Setelah Aku Mati #60 - Hari Bahagia, Bersejaran, Tapi.. - Cerita Seram Kaskus

100 Tahun Setelah Aku Mati #60 - Hari Bahagia, Bersejaran, Tapi..

saya memicingkan mata, menahan silau sinar dari lampu sorot dan blitz kamera memapar wajahku, saya menahan rasa gatal karena blangkon yang saya kenakan sedikit kekecilan, saya melirik beberapa orang yang saya kenal duduk dengan takzim, sekitar 10 meter dari singgahsana tempat saya duduk, Dewi melambaikan tanganya dan mengedipkan matanya, disampingnya ada wayan, wardhana, novita, miska, mas yakob, dan beberapa teman masa kuliah lain, irawan, andi yang masih mengenakan seragam polisi dengan jaket, dan hampir semua teman masa sekolahku ikut hadir..
saya melirik seseorang disamping saya dan untuk ke ratusan kalinya saya terkesima, bahkan dengan dandanan sehari2 sudah mampu membuat saya jatuh cinta, apalagi sekarang?, dengan dandananya yang makin membuatnya nampak sangat jelita, setelan kebaya tradisonal namun modern, dengan gemerlap pernak pernik berwarna emas dan perak membuat saya terbengong didepan banyaknya tamu undangan, saya memang selalu kesulitan menyembunyikan perasaan setiap menatapnnya
lihatlah dia, kecantikan gadis jawa dengan wajah lembut merekahkan senyum yang membuat isi didalam dada saya terasa lumer dan mencair, rerengan yang menghiasi dahinya, mempunyai makna filosofis berupa pengharapan dan doa untuk keluarganya kelak, dia mengenakan penunggul yang berarti pengharapan kedua pasangan menjadi pasangan yang sempurna, dan semua elemen dalam paes ageng temanten joga yang tinggi akan nilai fiosofis luhur dia kenakan dengan sempurna, tidak hentinya saya berdebar, jika mungkin acara itu berjalan sangat lama maka bisa saja saya pingsan karena gemetar, saya sedikit mengingat peristiwaa akbar yang baru saja saya alami beberapa jam yang lalu..

“saya terima nikah dan Ka winya Risa Putri Ayuning tyas Binti Hamzah Syarif Atmojo dengan mas ka win tersebut dibayar tunai”

Teman kalian tau? Saya sudah melatih kalimat itu berkali2, saya sudah dimaki om bowo karena tidak bisa engucapkanya dengan tegas, dan baik, tapi pada hari H itu, saya seperti mendapat bantuan oleh semacam bisikan yang membuat saya tenang hingga saya bisa mengucapkan kelimat sakral itu dengan sempurna..
Dan saat di sekeleling saya terdengar beberapa orang berucap hampir beberangan “Sahh” seketika itu juga adalah kalimat syukur alhamdulillah yang bisa saya dan risa ucapkan... saya hampir tidak percaya hari itu akan datang, hari dimana risa... yaa orang asing pertama yang menyapaku di masa smpku , menjadi sahabatku, menjadi kekasihku dan kini.... dan kini baru saja setelah buku dan beberapa dokumen pernikahan kami isi dan tandatangani, kini kami adalah suami istri ....
Om hamzah, beserta tante ndari tidak bisa menyembunyikan rasa harunya karena putri mereka kini sudah dewasa dan dipersunting orang lain.. bukan maksudku bukan om hamzah dan tante ndari, nama itu tidak lagi relevan, lebih tepatnya sekarang saya harus menmanggil beliau berdua menjadi Bapak dan Ibuku.. om bowo dan tante sri dengan senyum bahagia bercampur haru juga ikut hadir menjadi waliku, saya menengadah dengan tipis, membayangkan kedua orangtuaku juga sedang tersenyum dengan haru dan bangga di alam sana...
***
Prosesi resepsi dilakukan hari itu juga setelah ijab qobul, tidak ada kemewahan, saya sudah sangat bersyukur dengan tabungan saya ini ditambah bantuan dari beberapa kerabat sudah mamppu menggelar resepsi pernikahan untuk berbagi kebahagian dengan orang2 terdekat kami, undangan yang datang dari kerabat saya dan risa, teman2 terdekat, dan rekan kerja dari kedua orangtua risa,
Saat sesi foto2 saya tidak bisa menahan gejolak senang, bertemu teman2 saya yang memberi selamat, hal yang menggembirakan adalah dewi.. dewi datang dengan.. kalian tau pasti.. “orang baru” dihidupnya..
“wii kamu harus kenalin kita ya” ucap saya dengan menjabat tanganya erat,
“urus urusanmu sendiri zal, hihi.. ya entar gampang ah, kita nanti ngobrol2 kasian yang antri di belakang” jawab dewi dengan mimik wajah yang sangat senang, saya melihat kedua pasangan baru yang sangat serasi itu, laki2 gagah berbrewok dengan postur ideal itu tadi mengenalkan diri dengan nama Anwar, alhamdulillah.. semoga mereka berjodoh... batin saya dalam hati..
Saya melirik risa yang dari tadi tidak bisa menghilangkan rona wajah bahagianya, dia mencolak colek pinggangku memberi kode untuk berpose pada lensa kamera yang terus memburu kami,
Temaan.. mungkin kalian kira itu adalah hari bahagia buatku? Kalian salah.. itu adalah hari yang sangat.. sangat.. sangat membahagiakan yang pernah tejadi di hidup saya,.. tidak perlu saya jelaskan panjang lebar, sudah terlalu sering saya menuliskan tentang bagaimana perasaan saya tehadap istriku ini...
Saya memandang kearah tamu undangan yang sedang prasmanan, teman2 dan kerabat kami semua ikut larut dalam suasana suka cita.. sampai ......

“mas.. ada apa?” tanya risa yang melihat ekspresi terkejutku..
“sari nduk ... sari... sari iiikut dateng” kata saya dengan terkejut..
Mungkin kalian bingung, harusnya saya senang dengan kedatangan sari di hari pernikahanku.. tapi ada satu hal yang aneh.. satu hal yang aneh sekaligus menyeramkan ....
..
Saya member kode kepada risa, agar melihat kearah Sari berdiri.. Bodoh.. itu adalah tindakan percuma karena Risa tidak akan bisa melihat sari… Risa tidak akan bisa melihat sari yang tengah berdiri ditengah keramaian dengan mimic wajah yang bisa dikatakan sangat tidak bersahabat, gaun putih yang dia kenakan Nampak basah dan meneteskan air yang membuat genangan disekitar sari berdiri, ehhh.. bukan.. bukan berdiri, maksudku melayang, sari melayang ditengah ramainya tamu undangan yang berjalan menembus tubuh sari, yang kali ini tidak menampakan wujud anak2 umur 6 tahun, melainkan berujud wanita dewasa yang mengenakan gaun putih berenda yang basah, rambut panjang yang lepek itu menutupi sebelah matanya, mata sebelahnya menatapku dengan menakutkan, karena tidak terlihat adanya pupil mata, melainkan hanya bagian putih yang terlihat memerah..

Teman.. kalian ingat? Sari dan risa, atau Risa dan Sari itu memiliki wajah yang hampir serupa keduanya sangat mirip. Begitu juga dengan wujud yang diperlihatkan sari sekarang, tapi dengan kulit yang terlihat membiru itu, dan tatapan kosong yang menyorot kearahku itu, membuat saya seolah sedang melihat klon Risa yang berwujud menyeramkan…


“sari,,, aaa ada apa? Ada apa denganmu?” panggil saya dengan bahasa batin..


“mas kamu nggak apa2?” Tanya risa dengan berbisik, mungkin dia melihat kegelisahan saya.



“ada yang aneh nduk, moga aja gak ada apa2” jawab saya dengan berbisik pelan..


Aneh sekali, mata ini tidak pernah berbohong, jelas itu adalah sari… tapi kenapa??

Kenapa dia menunjukan wujud yang terlihat tidak senang? Dia terlihat seram dengan wujudnya, konon jin2 gemar menunjukan kondisi bagaimana terakhir jasad manusianya mati, tujuanya jelas untuk menakuti manusia, dan kalau kalian ingat wujud sari yang terlihat bsah kuyup dan membiru karena dia mati dengan cara di tenggelamkan…


Sari menyibak rambt yang menutupi sebelah matanya, hingga terlihat kedua matanya yang hanya berwarna putih kemerahan, dia mengankat telunjuknya.. dan mengarahkanya pada Risa…

Saya melirik kearah risa yang sedang tersenyum sambil menatap kearah teman2nya yang datang, sedangkan saya malah gelisah karena kehadiran aneh dari sari ini..

****

Dari jarak beberapa meter saya melihat dewi, yaa.. saya melihat dewi yang menghampiri Sari, saya melihat dewi berusaha berkomunikasi dengan sari..

Dewi berjalan mendekati sari, saya tidak bisa mendengar pembicaraan mereka.. kalian tau? Saya dan dewi memiliki kemampuan yang berbeda, dewi lebih peka dengan perubahan aura, perubahan alam dan dalam interaksi yang sangat halus, mungkin dewi mendengar pembicaraan batin saya dan ikut merasakan kehadiran sari..

Tidak banyak yang bisa saya lakukan, ini adalah momen dimana saya tidak bisa seenaknya bergerak, saya sedang menjadi raja sehari di hari pernikahanku, antara bingung dan ngeri dengan sikap sari yang aneh, dia menunjuk risa, entah apa maksudnya...

Dewi menghadap kearahku dan memberi anggukan yang entah apa itu artinya, dan sejurus kemudian... saya tidak bisa melihat sari.. tiba2 dia menghilang dengan menyisakan tanda tanya di kepala saya...

Tidak banyak yang bisa saya ceritakan, di hari itu semuanya sempurna, semuanya berjalan lancar sampai sari datang dan membuat saya kebingugngan, dan menghilangkan kekhusukan saya, kenapa dia datang dengan wujud yang tidak enak?, kenapa dia menunjuk Risa dengan sikap aneh?..

Hari itu resepsi berlangsung sampai menjelang malam hari, kesibukan menyalami tamu membuat perhatian saya teralih, dan perasaan bahagia tidak mampu terkikis, bukanya saya lupa dengan kedatangan sari, tapi adakah yang bisa menahan perasaan bahagia dia hari pernikahanmu? Tidak kan?, dan ketika pesta usai tinggalah beberapa orang2 terdekatku di rumah risa yang di jadikan tempat berlangsungnya acara..
Risa sudah berganti pakaian dengan kaos blong biasa sambil membantu membereskan sisa2 pesta, saya sedang meminum seduhan teh yang baru saja dibuatkan istri saya ditemani obrolan hangat beberapa kerabat dan kawan dekat..

“zal... bisa minta waktunnya sebentar?” itu adalah dewi, saya jadi teringat dengan kejadian tadi, saya buru2 mengangguk dan memohon pamit sebentar kepada para kerabatku yang sedang asik mengomentari dan menggodaku perihal “penganten baru”..

“wii.. ini masalah tadi kan?” tanya saya kepada dewi dengan sedikit memburu..
“iya zal”

“Trus kamu tau kenapa dia tadi?, kok kayak marah banget ada apa?”

“enggak zal, sari enggak marah, dia kesakitan”

“kesakitan?” tanya saya dengan sedikit bingung? Kesakitan kenapa?

“gak tau, dia gak ngejawab, tapi zal.. entah kenapa semua ada kaitanya denganmu atau mungkin risa, harusnya kamu lebih tau dari aku”
Saya mengangguk pelan, saya tau ini berkaitan dengan janji saya, tapi sari datang apakah akan menagih janji itu?, saya menikahi risa hanya selisih 3 bulan dari lamaran saya, masih 4 tahun sebelum janji itu harus saya tepati di tahun ke 100 kematianya.

“jadi apa zal?”

“sari butuh ditolong, aku gak tau kenapa, dan aku gak tau gimana cara nolong dia wi, dari awal dia Cuma bilang, datanglah tepat di 100 tahun setelah aku mati, aku jjuga bingung, kira2 maksudnya apa wi?” tanya saya kepada dewi, memang saya belum menceritakan tentang permasalahan ini kepada dewi...

“wiii...” panggil saya karena melihat dewi yang hanya bisa diam..

“zal??... kamu kenapa gak cerita dari dulu??” tanya dewi dengan ekspresi terkejut

“lah? Emang kenapa? Aneh ya?”

“zal... kamu benar2 tau sari itu siapa?, maksudku, kamu tau sari itu jin yang bagaimana?”

“maksudmu wi?” tanya saya yang kurang paham maksud dan arah pertanyaan dewi..

“zal... sari yang sebenarnya udah mati, dan kamu tau, sari teman masa kecilmu itu gak lebih dari jelmaan jin, tentunya kamu tau kan?” jawab dewi menerangkan..

“iya aku tau, tapi maksudnya gimana ini aku belum paham”

“zal... gini maksudku, kamu harus hati2 dengan sari... kamu tau sendiri jin itu penuh tipu, kamu inget daisy?, brandon juga dulu nganggap daisy itu sahabatnya, tapi.. ya kamu sendiri yang ngehadapi bagaimana sosok daisy dulu”

Saya terdiam, saya berusaha mencerna nasihat dewi yang sangat kontadiksi dengan sikap sari, ya memang sari adalah, jin, saya tau dia bukan sari yang pernah hidup dulu, tapi jin bernama sari itu menemaniku tumbuuh dewasa, dan selama itu dia tidak pernah mencelakaiku ataupun perbuatan buruk lainya, malah justru sebaliknya.

“enggak, wi, sari bukan jin jahat, kamu tau sendiri seperti yang aku ceritain ke kamu berkali2, dulu kamu pernah ketemu dia kan?, dan kamu juga sepakat kalau dia bukan jin yang perlu diwaspadai kan?” jawab saya berusaha membantah prasangka dewi terhadap sari..

“iya zal aku tau, tapi perlakuanya malam ini beda, kamu tau aku lebih peka dari kamu, dan begitu aku ketemu sari tadi ada sesuatu yang aku rasain tersembunyi di dalam auranya yang netral, aku kayak nanggkap ada dendam dan kebencian, entah itu tersembunyi atau sengaja disembunyikan zal”

“egak wi, aku masih belum terima, mungkin ada alasan dia dateng kesini tadi, menyampaikan pesan mungkin” sangkal saya sekali lagi..

Dewi mendengus pelan dan mengangkat pundaknya,
“semoga saja zal, semoga aja prasangka buruku keliru, dan semoga kamu dan keluargamu baik2 aja ya, zal.. tapi aku mohon satu hal zal, jaga risa, dia istrimu yang harus kamu jaga, jangan sampai lengah, dan aku juga insyallah akan coba cari tau tentang teka-teki 100 tahun kematian yang dia aksud tadi”

Jawab dewi sambil menyalamiku sekaligus berpamitan, karena dia dan anwar harus segera bertolak ke jakarta....

***
Malam itu setelah semua sudah bersih, dan para tetangga serta kerabatku pulang, tinggalah saya di dalam rumah bersama istriku, saya tengah duduk di depan tv sambil menikmati secangkir teh buatanya.. dia duduk rapat disampingku sambil mengunyah kacang goreng yang ada di meja..

“belom ada sebulan nikah, awas aja kalo langsung gendut” goda saya sambil memencet idungnya..

“biarin, sekarang kan udah laku, jadi gak takut gendut aku mas “ jawabnya dengan tengil seperti biasa..

“dihh, nyesel aku nduk” jawab saya sambil menoyor kepala risa..

“ohh.. nyesel, ohh gitu,, ya gapapa kalo nyesel ya ntar tidur diluar ja ya mas ya” jawabnya. Teman, kalian tau? Nampaknya risa akan jadi istri yang sadis.....

“kejemmmm “

“hihi enggak mas, bercanda doang kok, ehh mas aku mau tanya deh, tadi katanya liat sari ya?” tanya risa dengan serius..

“iya nduk, kenapa? Kamu gak liat kan?”

“ya egak lah mas, eh tapi aku mau tanya nihh mas, sari yang kamu liat wujudnya kayak apa sih?”

“kok tiba2 tanya itu kenapa?”

“jawab aja kenapa sih mas?”

“ya, dulu kamu pernah liat dia kan?, wujudnya persis kayak kamu, dan pake pakean kayak gaun putih berenda?”
Jawab saya sambil memainkan jari risa yang masih penuh dengan gambaran tinta hena di tanganya.

“nduk?” panggil saya karena tidak ada jawaban dari risa

“mas.. mas.. jaaadi yang ketemu aku tempo hari itu sari dong!!”


=== Cerita Selanjutnya ===