100 Tahun Setelah Aku Mati #64 - Mata Yang Mewarisi Bapaknya - Cerita Seram Kaskus

100 Tahun Setelah Aku Mati #64 - Mata Yang Mewarisi Bapaknya

Saya tidak henti2nya mondar mandir didepan pintu itu, keringat dengan deras meluncur melewati pelipisku, saya sudah diminta duduk dengan tenang oleh Bapak mertuaku, tapi tetap saja saya tidak bisa tenang, kenapa? karena ini saya sedang menunggu proses persalinan Risa..

“sudah le, ditunggu dulu, kamu sendiri juga orang medis tentunya harus lebih bisa kontrol diri, serahkan saja sama dokternya” begitu kata beliau yang berusaha menenangkan saya yang jelas sangat gelisah waktu itu..
Lalu apa yang saya lakukan diluar ruang bersalin?, bukanya lebih baik jika saya ikut masuk dan menunggui risa secara langsung, teman...ada permasalahan, dan semuanya berawal tadi pagi ..

Pagi itu saya baru bangun, belum sempat saya mengucek mata saya sudah terjaga karena risa yang merintih kesakitan..
“mas.. kayaknya ini aduhhhh mas... “ teriak risa kesakitan,
Dan disitu dengan sigap saya segera memapah risa menuju mobil..
Sekarang ya sekarang saatnya begitu pikir saya, memang hari ini kami berencana ke rumah sakit bersalin karena usia kandungan risa yang sudah tua, masing2 dari saya dan risa sudah mengambil cuti untuk persalinanya,tapi saya tidak menyangka waktunya akan datang secepat dan semendadak itu, saya memapah risa dan mendudukanyadi kursi depan, saya berlari membuka pagar dan langsung kembali kemobil, saya menyalakan mesin mobil keluaran awal 90an itu dan langsung melaju ke jalanan secepat yang saya bisa, beruntung hari masih pagi, jalanan tidak terlalu ramai..

“nduk, tahan bentar ya” ucap saya kepada risa yang merintih kesakitan sambil menjambak lengan bajuku..

“mas... aaaa sakit...” rintihan kesakitan risa membuat konsentrasi saya buyar, saya mencoba untuk lebih fokus ke jalan yang ada didepan saya....
“nduk ditahan ya sakitnya, bentar lagi kita sampe ini” ujar saya untuk membuat risa lebih tenang,
“nduk, tarik nafas pendek2 nafasnya diatur” tambah saya kepada risa

“mas, ketubanya pecah mas, aduhh....” teriak risa lagi, dan disitu saya mulai menginjak pedal gas dalam2 agar saya segera sampai ke rumah sakit bersalin yang dengan laju normal bisa kami tempuh selama 15 menit, tapi dengan keadaan se darurat itu akhirnya kami sampai kurang dari 15 menit.. saya memarkirkan mobil kedepan instalasi gawat darurat yang langsung disambut tenaga medis yang sudah bersiap,

“mas tunggu dulu, ngisi data dulu, biar kami yang langsung bawa istri mas ke ruang bersalin” ujar salah seorang perawat,
Saya meraih hp dan memencet beberapa kontak dan menelfon seseorang..

“pak, bapak hari ini sedang dinas tidak? Risa di rumahsakit pak, sebentar lagi proses melahirkan”

“iya le, ya saya segera kesana, kamu jaga risa ya” ucap pak hamzah mertuaku yang akan segera menyusul kemari,
Saya buru2 menuju meja administrasi dan memberikan datadiri dan menandatangani beberapa dokumen persetujuan, dan segera setelah itu saya berlari ke ruang bersalin tempat dimana risa ditangani...

“bapak suaminya?”
“iya pak, gimana keadaan istri saya pak?” tanya saya dengan tidak sabar kepada dokter yang baru saja keluar dari ruangan.

“ ada masalah pak dalam persalinan istri bapak, posisi bayi sunsang, dan harus segera dilakukan oprasi caesar untuk proses persalinanya pak, bagaimana?, kami butuh persutujuan bapak untuk melanjutkan penangananya” kata dokter bersalin itu,

“saya setuju pak, asalkan istri dan anak saya bisa selamat pak” jawab saya dengan tergesa.

“baik pak, kami akan bersiap untuk oprasi, bapak silahkan isi form ini dan tandatangani ini dulu” kata dokter itu sambil mengisyaratkan suster sebelahnya untuk memberikan form isian persetujuan operasi kepada saya..

“baik pak, boleh saya ikut menunggu istri saya?”

“sayangnya tidak boleh pak, sudah menjadi peratutan rumahsakit bahwa pihak luar tidak diperbolehkan masuk ruangan oprasi”

“pak tapi saya juga dokter pak, tolong pak”pinta saya kepada dokter itu

“pak, walaupun bapak pemilik rumah sakit ini sekalipun peraturan tetap peraturan, mohon serahkan semua kepada kami, kami akan berusaha semaksimal mungkin, kelahiran anak pertama memang akan membuat gugup, tapi mohon bersabar dan tenang” ujar dokter yang muda itu menepuk pundak saya, dia berlalu.. saya lihat orang berpakaian hijau itu berjalan meninggalkan saya dan berjalan di koridor, dokter itu masih muda mungkin tidak berselisih jauh dari umurku, apakah semua akan lancar? Ahhh bagaimana kalau dia belum berpengalaman? Begitu pikir saya yang sedang gelisah..

“bagaimana le?, sudah tertangani semua?” pak hamzah menepukudari belakng..

“sudah pak, tapi sayang risa harus oprasi pak, posisi bayinya sunsang, aneh juga pak selama pemeriksaan kemarin normal2 saja” ucap saya kepada beliau.

“ya sudah, kita tunggu dan berdoa saja semoga semua lancar dan selamat” jawab beliau sambil mengajak saya duduk..

“kelahiran pertama itu memang bikin deg2an le, tapi kita percayakan saja semua kepada Tuhan, dan tentunya dokter yang menangani”

Saya Cuma bisa mengangguk takzim dan berdoa, semoga saja semuanya lancar semoga anak kami selamat dan semoga ibunya juga selamat.

Selama proses operasi saya sama sekali tidak bisa tenang, saya Cuma berjalan tak tentu arah didepan pintu kaca itu, sesekali saya berusaha mengintip tapi tirai berwarna hijau muda itu menutupi pandangan saya, ingin rasanyasaya ikut masuk dan menunggui risa, oprasi cs bukan tanpa resiko, ya walaupun sekarang sudah umum orang melaksanakan persalinan dengan cara ini tetap saja membuat saya cemas dan gugup..
**
“minum dulu le” kata pak hamzah sambil memberikan sebotol air mineral kepada saya..

“makasih pak” jawab saya dengan menerima botol ukuran tanggung itu.

“semua akan baik2 saja, si risa itu anaknya kuat, tahan banting cukup yakin saja” sekalilagi pak hamzah berusaha menenangkan saya.

“iya pak, pak saya mau tanya, dulu pas risa lahir bapak bagaimana?” tanya saya

“wahh kalau itu kamu lebih beruntung le, saya ini kan dulu latar belakangnya brimob dan sering ditempatkan di daerah oprasi kusus, dan waktu risa lahir itu saya sedang tugas di makasar, yahhh jaman dulu komunikasi gak seperti sekarang yang serba cepet, dulu saya baru dapat kabar setelah risa umur 2 hari, jadi saya malah gak ada di samping ibunya waktu risa lahir, tapi kan kamu mendingan walaupun gak bisa nunggu istrimu disampingnya tapi paling gak kamu bisa ngawal dari deket” jawab bapak mertuaku sambil membuka jaketnya..
Hari itu sudah menjelang siang, belum ada kabar dari dalam ruang operasi, saya sebisa mungkin berusaha menekan gejolak gelisah yang sedari tadi mengganggu saya, beberapa kerabat sudah di kabari bapak mertua dan saya juga sudah mengabari beberapa saudara seperti om Bowo dan lainya..

Sudah hampir jam 11 siang sampai pintu itu terbuka dan dari dalam muncul dokter muda itu..

“pak bagaimana pak??” tanya saya dengan sangat tidak sabar..

“operasi berjalan lancar pak, alhamdulillah dan selamat sekarang anda sudah menjadi ayah, anak anda laki2”

Kalian tau Rasanya saat itu? Plonggg.. ya sangat plong.. setelah menunggu berjam-jam akhirnya saya mendapat kabar baik, Abi..Abimanyu lahir, anak pertama saya yang saya tunggu2 akhirnya sudah lahir kedunia...

“pak, boleh saya masuk pak?”

“oh tentu saja, silahkan” jawab dokter itu,

Saya dan mertua segera masuk kedalam dan melihat risa yang masih berada di kasur tersenyum bahagia, tetes air mata menghiasi wajahnya, tampak jelas bahwa baru saja dia menahan rasa nyeri dan sakit selam proses persalinan, tapi kelahiran abimanyu nampaknya menjadi obat untuk kami, untuk risa yang baru saja melewati masa persalinan, dan untuk saya yang teramat gugup menunggu mereka berdua selesai berjuang,
Saya mendekati risa mengelus rambutnya dan mencium keningnya “alhamdulillah” ucap saya dengen penuh syukur yang tidak bisa saya lukiskan betapa hari iru saya merasa menjadi laki-laki paling beruntung didunia.
Seorang suster disamping kami tersenyum sambil menggendong bayi yang masih merah..
“bapak muslim?”

“iya.. saya muslim” jawab saya sambil mendekap abimanyu, selama ini saya hanya menggendong manekin untuk praktek medis, tapi kali ini yang saya gendong adalah anak manusia sungguhan, anaku, anak pertamaku.. saya gendong dia dengan hati2 dan melihat bagaimana jagoan kecilku ini bergerak.. tidak terasa saya ikut meneteskan airmata yang penuh syukur..

“jika begitu, bapak boleh mengadzani putra bapak” suster itu berkata dengan lembut kepada saya..

Yaa... inilah waktunya, saya mendekatkan bibir saya ke telinga abimanyu, dan dengan ucapan lembut saya lantunkan Adzan dengan penuh hikmat kepada dia, kepada abimanyu penerusku...

“saya melirik istri saya yang tersenyum menahan haru, dan meringis menahan nyeri yang mungkin sudah mulai terasa lagi pasca operasi, abimanyu sudah mendapatkan haknya, tadi dia sudah disusui oleh ibunya sebelum saya masuk, hari itu semuanya sempurna melihat kedua orang yang saya sayangi selamat setelah perjuangan hidup dan mati...

“Abimanyu?” bapak mertuaku mengucapkan nama itu dengan meremas pundaku..

“iya pak, namanya Abimanyu.. bapak suka nama itu?”

“woo jelas, abimanyu saya suka, semoga seperti nama itu, semoga menjadi satria sepert abimanyu”

Saya tersenyum, saya menangis, semua perasaan itu tercampur menjadi satu, jika kalian sudah berkeluarga dan mendapatkan anugrah berupa anak pertama, saya yakin kalian temanku akan paham bagaimana perasaan saya..

Saya menyerahkan Abi kepada suster lagi, untuk diperiksa lagi tentang kesehatanya, pandangan saya mengikuti kemana suster membawa abi dan menempatkanya di sebuah kotak kaca..

“kita resmi jadi orang tua mas” ucap risa istriku...

“ya, kita udah resmi jadi bapak dan ibuk nduk”

**
Saya masih terlarut dalam euforia bahagiaku, saya belum bisa menurunkan adrenalin saya yang bergejolak, tapi mungkin hanya satu detik, yaa... satu detik yang sangat terasa. Saat saya memandang Abi untuk kesekian kalinya, saya merasakan... saya merasakan bahwa Abimanyu anaku, bukan anak biasa... dia ... sebentar saya merasakan hawa lain.. hawa dingin yang pernah saya rasakan sebelumnya, hawa itu dari luar ruangan... negatif.. hawa negatif.. dan cukup besar.... saya melangkah dan berjalan melewati pintu saat sebuah bayangan besar meloncat dan dengan sekelebat mata menghilang tanpa jejak..
“apa itu? Makhluk itu??” gumam saya dalam hati sambil melangkah masuk ke ruang pasca operasi.
“ada apa le?” tanya mertuaku..

“tidak apa2 pak, mungkin Cuma perasaan saya” jawab saya sambil mendekat ke Abi yang dibaringkan di dekat kami, dan ternyata benar... bahkan beberapa saat setelah kelahiranya..
Saya melihat mata abi yang terpejam.. dan disitu saya melihat mata yang sama seperti mataku!!
Rasa bahagia yang saya rasakan terganggu dengan kenyataan yang saya terima, bahwa... Abi mewarisi kutukan bapaknya... dan ada perasaan takut tentang “makhluk” lain yang baru saja hadir..

**
Beberapa jam setelah persalinan,kami masih berada dirumahsakit, risa terpaksa dibius total karena tidak tahan menahan nyeri setelah oprasi, saya berada diluar bersama pak hamzah, beberapa kerabt lain sudah mulai berdatangan dan memberiku selamat atas kelahiran Abi putra pertamaku..
Tapi ada kegelisahan yang tidak bisa saya sembunyikan, dan akhirnya tercium oleh mertuaku..

“ada apa le?, ada masalah?, omong sama saya jangan disimpen sendiri” ucap beliau kepada saya..

“ada pak, tapi mngkin akan sulit dipercaya untuk bapak” jawab saya dengan ragu apakah baiknya saya beritahukan kepada beliau atau tidak..
“kita bicara ditempat lain” ajak beliau menjauh dari keramaian kerabat yang berdatangan..

“ada apa?” tanya beliau dengan serius..

“bapak tau saya orang yang sedikit berbeda dari orang lain kan?, dan saya merasa Abi.. dia sama seperti saya,bahkan cukup aneh pak, karena saya dapat merasakanya sedini ini” kata saya dengan setengah berbisik.
“le,kamu serius?”
“saya sangat yakin..”
Pak hamzah memutar pandanganya sambil berkaccak pinggang, tampak betul beliau sedang berfikir.

“saya tidak bisa berkata apa2 le, jika memang seperti itu.. maka yang tau Cuma kamu”

“iya pak, segera setelah abi siap untuk diajak berpergian, dan setelah risa pulih saya akan membawa abi kepada orang yang dulu pernah membantu saya..”jawab saya

“siapa itu?”

“kyai saya dulu, yang pernah membantu saya”

**
Saya tidak akan membiarkan abimanyu menjadi seperti saya,saya sudah pernah hidup didunia yang suram karena mata ini, saya mengalami kejadian buruk dan ujian bertubi karena mata ini, dan demi apapun saya tidak akan membiarkan hal buruk yang pernah terjadi padaku menimpa abimanyu putraku, dan entah dari mana saya teringat kyai yang tinggal di semarang..
Semoga dia dapat membantu sabimanyu, seperti beliau pernah menolong saya dulu...

Pada part selanjutnya, saya akan menemui Kyai,sosok pengganggu hitam dan sobat lamaku yang tinggal di semarang..


=== Cerita Selanjutnya ===