Mencari Hantu #3 - Bergadang di Panorama - Cerita Seram Kaskus

Mencari Hantu #3 - Bergadang di Panorama

Tanjungpinang, Hari Sabtu Tanggal 19 Oktober 1996

Tadi sepupuku Hafid datang dalam keadaan suntuk saat aku sedang asik membaca buku, ia telah diputuskan oleh pacarnya si Ekor Kuda! Aku bingung antara senang dan sedih, karena menurutku si Ekor Kuda memang bukan perempuan yang baik untuk sepupu dan sahabatku ini...

Siapa yang tidak geram dengan kelakuan Trisna si Ekor Kuda ini, dia telah menduakan sahabatku ini dengan Bayu!F*** Y** Tris! You like his Bike, right!

Sudah tau begitu, tapi tetap saja Hafid mengharapkan Trisna kembali kepadanya...! nasehatku sahabat, “Dia itu sudah jelas Panbers!(P*ntat Berasap/Matre-Red) untuk apalagi kau harapkan, untuk apa beli Force 1 buat cewek seperti dia!?”

Hanya cemberut yang diekspresikan oleh sahabatku ini, aku muak melihatnya...! hingga akhirnya ku putuskan untuk merubah kesuntukannya untuk sesuatu yang mungkin tidak ia bayangkan...

Bergadang di Panorama...!

Adik sepupuku (Waktu itu ia masih berumur 7 Tahun-Red) mengatakan telah melihat sebuah pasukan berkuda dengan baju kerajaan melewati Panorama, itu tidaklah aneh apabila pasukan itu juga dilihat oleh Kakaknya, namun kakaknya tidak melihat ada pasukan berkuda ditempat yang ditunjuk Ichi, Kak Dhi sempat terkejut dengan sikap kegirangan Ichi melihat orang sedang menaiki kuda, hingga ekspresi wajah Ichi pun berubah secara perlahan saat wajah-wajah penunggang kuda itu sudah cukup jelas dilihat, ichi pun akhirnya menangis karena terkejut dengan apa yang telah dilihatnya, semua sosok Pasukan berkuda itu penuh dengan darah bagaikan baru pulang dari kekalahan perang yang ganas, setelah Ichi menceritakan yang ia lihat, ia mengulang-ulang kata “Mukanya berdarah, Mukanya serem” saat ditanya apa yang dilihatnya, dan keluarga pun tidak ingin menanyakan lagi kepada Ichi dengan maksud agar Ichi dapat melupakan peristiwa itu... (Pada tahun itu orang tuaku masih tinggal di Jakarta dan aku tinggal dirumah pamanku untuk disekolahkan bersama sepupu-sepupuku di Tanjungpinang, dan aku tinggal dirumah Dinas DPRD sebelah kiri tikungan Tenis Ban, yang sekarang rumah itu sudah dijadikan Museum Rumah Adat Tambelan yang berjarak sekitar 50 Meter saja dari Panorama, Daerah Panorama saat itu adalah tempat yang sangat sepi, banyak juga pasangan yang nekad bermesum di tempat tersebut -Red)

Hafid mengetahui kisah Ichi dan Kak Dhi, dan saat aku mengajaknya bergadang disana, dia sama sekali tidak terlihat gentar, mungkin dia pun ingin menghilangkan kejenuhan dan kesedihannya itu.

20.00 – Kami mulai duduk di halaman depan rumah, masih banyak kendaraan yang hilir mudik, kami pun bercerita tentang kesedihan Hafid..., sedikit jenuh aku mendengarnya tapi aku selalu berkata “That what are Friend for...”.

21.15 – Suasana sudah lebih sepi dari sebelumnya, tapi tampak masih ada beberapa kendaraan yang lalu lalang...

Catatan: Kami pun memutuskan untuk membeli Fanta dan Marlboro di jl. Bintan dan segera duduk di spot yang telah kami pilih, sepulang dari sana...

22.19 – Keadaan diperjalanan pulang sudah mengambarkan kalo suasana sudah semakin sepi, dan akhirnya kami memutuskan untuk duduk di depan RRI lama (RRI lama adalah sebuah gedung tua yang kosong tidak dihuni lagi bekas gedung RRI bertempat, dan semenjak gedung baru telah dibangun ditempat lain akhirnya gedung sudah tidak difungsikan lagi-Red).

22.30 – Dari sini masih terlihat rumahku, dan Hafid masih asik menceritakan betapa hancur hatinya, “Sudahlah Fid, kita ganti topik pembicaraan lain...”

22.15 – Aku telah membuka pembahasan cerita seputar alam gaib, dan Hafid berusaha untuk tidak membicarakan itu, dia terus berusaha memotong pembicaraanku..., dia berusaha agar tidak ketahuan tapi aku tau...

23.00 – Kami masih duduk persis didepan pagar gedung RRI lama, suasana dengan adanya pohon-pohon rindang disekitar kami membuat suasana malam sepi ini sudah mulai semakin mencekam...

Catatan: Hafid protes dengan kegiatan aku menulis, dan akhirnya dia memilih agar dia saja yang menulis apa yang ingin aku tulis dengan ngomong langsung kepadanya. Aku sempat menolak permintaannya dengan bilang bahwa aku hanya akan menulis setiap 15 menit sekali saja dan apabila ada yang aneh, namun dia memaksa, akhirnya dia pun menjadi penulisku... =)

(Berikut adalah tulisan Hafid dibukuku sesuai apa yang kukatakan-Red)
23.15 – Tulis! Suasana semakin sepi dan mencekam, tulisnya jangan ko Tulis! Dodol nko! (Hafid berusaha bercanda dengan menulis setiap apa yang keluar dari mulutku, setelahku ancam untuk mengambil bukunya dia pun berjanji untuk tidak mengulanginya lagi, namun tulisan yang sudah ditulisnya kubiarkan saja sampai saat ini-Red)

23.15 - Suasana semakin sepi dan mencekam, dan tidak ada penampakan Kuda atau apa pun, aku melihat kanan dan kiri, atas dan bawah, juga depan dan belakang, namun tidak ada yang aneh samapi detik ini...

23.30 – barusan ada yang datang untuk pacaran menggunakan motor duduk sekitar 30 meter dari tempat kami duduk, sepertinya bukan perempuan baik-baik dan abang-abang itu duduk bersama pacarnya dibawah pohon berduaan saja...

23.42 – Orang itu (yang pacaran-Red) sepertinya sedang bertengkar, suaranya tidak begitu jelas, namun terlihat nada suaranya seperti sedang memperdebatkan sesuatu...

23.50 – Si cowok membentak-bentak ceweknya dan posisi mereka pun sudah berdiri, sesekali mereka melihat kearah kami dan kami pun pura-pura tidak memperhatikan apa yang sedang mereka lakukan...

Catatan: tulisan berikutnya adalah tulisan yang aku buat setelah kami berada dirumah. Dan bukan lagi Hafid yang menulisnya.

23.55 – Abang itu membentak sambil menunjuk-nunjuk muka ceweknya, sesekali tangannya mengenai kepala cewek itu, si cewek mulai menangis tersedu-sedu, aku dan Hafid melihat dengan seru kejadian itu, hingga akhirnya... [!] Si cewek teriak histeris dan menjerit-jerit, membuat cowoknya semakin membentak dengan kata-kata, “Diam! Diam!” tapi cewek itu tetap saja berteriak dan berguling-guling diaspal, melihat keadaan semakin kacau, kami berdua pun memutuskan untuk pergi dari situ untuk tidak ikut campur permasalahan mereka, namun disaat aku dan Hafid berdiri untuk memakai sendal yang kami pakai untuk alas duduk, ada yang aneh dengan pandangan diujung mata kiriku, dimana keanehan itu sepertinya berada dijendela gedung RRI lama dan disaat aku menoleh dengan pelan kearah jendela tersebut, aku pun langsung fokus ke sosok seseorang yang jelas kulihat sedang berdiri dijendela dan memperhatikan pasangan yang sedang bertengkar itu.

aku spontan berkata dengan cepat ke Hafid “Fid...fid...fid, liat fid...!”, hafid yang langsung melihat mukaku segera menoleh ketempat yang sedang mataku tuju, dan Hafid pun terkejut dan spontan mengambil posisi dibelakangku, aku mundur pelan-pelan sambil terus memperhatikan sosok itu, sebuah sosok lelaki tua dengan muka pucat bagaikan mayat, dengan mata yang terbelalak melotot, dengan cairan yang mengalir dari atas kepala melalui pipi-pipinya, aku mengulang kata-kata dalam hati!itu darah...cairan itu darah!

Baru sekitar 4 langkah kami mundur..., perlahan-lahan wajah menyeramkan itu menoleh dengan pelan menuju kearah kami, dan belum lagi dia menatap pasti kearah kami, aku merasakan Hafid telah berlari dibelakangku menuju rumah, dan saat aku memastikan Hafid dengan menoleh kebelakang, yang ternyata dia sudah meninggalkanku sekitar jarak 5 meter, kegentaran di hatiku pun mulai timbul diakibatkan oleh ketakutan yang dimunculkan oleh Hafid, dan saat aku kembali melihat kedepan, sosok itu pun tidak berada lagi ditempatnya, dan aku pun langsung memutuskan untuk ikut berlari mengejar Hafid...!

Dalam lariku, aku mendengar suara perempuan berteriak dan melengking, dalam hatiku berkata “itu suara cewek tadi!, Akh tak usah perdulikan, yang penting sampai dulu dirumah”. Masih dalam lariku dijalan yang menurun, aku sempat berfikir, “kenapa aku jadi setakut ini...!”, tapi fikiran itu segera lenyap karena memperhatikan Hafid yang tetap berlari didepanku!

Setiba kami dipintu kamar bang Uli (Bang Uli adalah penjaga malam dirumahku, dia sering tertidur di pos jaga yang terletak disamping rumahku dengan pintu yang terkunci-Red), aku segera menggedor-gedor kamar bang Uli, sesekali kami masih mendengar sayup suara jeritan perempuan melengking di Panorama, dan aku pun terus mengedor-gedor kamar bang Uli sambil menyebutkan namaku.

Tak lama bang Uli pun keluar dengan mata yang menatap serius dan bertanya apa yang telah terjadi, dan setelah kami menjelaskan, bang Uli pun segera ganti baju dan mengambil Pentungan juga Pisau Bayonetnya, tak lama setelah itu Abah (Pamanku kupanggil dengan panggilan Abah-Red) pun keluar dari dalam rumah dan bertanya apa yang sedang terjadi, dia terbangun karena mendengar suara perempuan menjerit-jerit.

Setelah kami menjelaskan, akhirnya Aku, Hafid, Abah dan bang Uli segera menuju ketempat kejadian, ada 1 rumah tetangga kami pun terlihat keluar dari rumahnya, dan ikut rombongan kami menuju tempat kejadian...
Disaat ingin melewati RRI lama aku segera memperhatikan jendela tempat sosok misterius itu berdiri dan saat aku melihat ke Hafid, hafid pun melakukan hal yang sama, dan setelah melewati gedung tua itu, tampak perempuan itu sedang terbaring meronta-ronta dengan kedua tangan dipegangi oleh si cowok yang sedang mendudukinya, saat jarak kami sudah dekat aku melihat cowok itu melihat kearah kami sambil berkata, “Tolong pak, kesampok pak (Kesurupan-Red), tolong pak, bantu pak...!” perempuan itupun segera digotong oleh bang Uli, cowok itu, Abah dan tetanggaku (Aku tidak mengetahui namanya-Red).

Abah memerintahkan agar Perempuan itu segera dibawa kerumahku saja, dan setibanya dirumah Kakak-kakak sepupuku dan Umi (Tanteku-Red) sudah berkumpul diluar rumah sambil bertanya-tanya, ia(Si cewek-Red) segera dibaringkan didepan kamar bang Uli, [!]dan saat dia dibaringkan tiba-tiba perempuan itu diam dari teriakannya dan menatap melotot kearah Aku dan Hafid dengan nafas yang berat! Hafid yang melihat itu segera ketakutan dan merapat ke kakak-kakakku, hingga hanya aku yang dipelototi oleh perempuan itu, melihat kejadian itu, Abah segera menyuruh yang masih anak-anak termasuk aku untuk masuk kedalam rumah, namun aku tidak bergeming...

Entah apa yang aku fikirkan, dalam diamku tiba-tiba aku bertanya dengan suara yang sedikit ragu tapi tetap aku keluarkan, “kamu yang di Jendela RRI tadi ya?”, mendengar aku bertanya seperti itu, suasana pun menjadi hening dan semua melihat kearahku dan Kak Dhi pun memecahkan keheningan dengan memanggilku untuk jangan berdiri disitu, saat aku berjalan kearah Kak Dhi, Perempuan itu pun mengeluarkan suara yang berat dan berkata, “iyaaa...”

Mendengar itu, Umi segera menyuruh kami semua masuk, hingga tinggal Abah, Tetanggaku, bang Uli dan Cowok itu yang masih memegang tangan dan kaki perempuan yang kesurupan itu, sesampai didalam rumah kakak-kakak sepupuku pun mulai heboh bertanya tentang apa yang terjadi, dan Hafid pun bersemangat menceritakannya, tak lama cowok dari perempuan itu pun masuk kedalam rumah dengan tujuan meminjam telepon dan waktu sudah menunjukan pukul 01.15 Pagi, dan perempuan itu kembali berteriak-teriak diluar rumah, tak lama kemudian aku memperhatikan Umi keluar rumah dengan membawa Al-Quran, sementara kakak-kakakku sedang seru mendengar cerita Hafid. Aku pun segera bergegas untuk melihat keluar, belum lagi aku sampai ke pintu aku sudah tidak mendengar lagi perempuan itu berteriak, dan saat kulihat perempuan itu sudah tidak sadarkan diri...

01.58 – Datang 4 orang menggunakan mobil kijang menjemput pasangan tersebut, tampak ada 1 orang dengan menggunakan peci ikut turun dari mobil tersebut dan 1 orang lagi yang dugaanku adalah abang dari cewek itu langsung marah-marah dan memaki cowok yang bersama cewek itu, yang akhirnya aku tau bahwa cowok yang bersama cewek itu bernama Eki, dan cewek itu bernama Deri dan tak lama kemudian Deri yang dalam keadaan pingsan itu pun segera digotong masuk kedalam mobil, dan setelah berterimakasih kepada kami mereka pun segera meninggalkan rumah kami.

02.15 - Setelah mereka pulang, aku dan Hafid pun saling bertanya-tanya, kemana perginya sosok misterius itu, dan mengingat itu Hafid pun segera mengambil Al-Quran dan tidur bersamanya. dan aku mencatat kembali apa yang telah kualami dan belum tercatat didalam bukuku ini.


=== Cerita Selanjutnya ===